Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokyo Keluarkan Aturan Baru, Mulai Mengakui Hubungan Sesama Jenis

Kompas.com - 01/11/2022, 20:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

TOKYO, KOMPAS.com - Tokyo meluncurkan skema sertifikat kemitraan untuk pasangan sesama jenis, yang memungkinkan mereka untuk pertama kalinya diperlakukan sebagai pasangan menikah dalam layanan publik tertentu.

Kebijakan baru ini belum memberi kesetaraan pernikahan untuk pasangan sesama jenis seluruhnya di Jepang.

Meski demikian, beberapa orang berharap kebijakan ini bisa menjadi langkah menuju masa di mana seluruh Jepang bisa merangkul kesetaraan.

Baca juga: Singapura Akan Cabut UU Era Kolonial yang Mengkriminalisasi Seks Gay

Jepang saat ini menjadi satu-satunya negara dalam kelompok negara maju G7 yang tidak mengakui serikat sesama jenis.

Adapun jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan sebagian besar orang Jepang mendukung pernikahan sesama jenis.

Menurut survei yang dilakukan pada 2021 oleh penyiar publik Jepang NHK, 57 persen mendukung, sementara hanya 37 persen menentang.

Terlepas dari dukungan luas ini, pengadilan distrik di Osaka memutuskan awal tahun ini bahwa larangan pernikahan sesama jenis yang ada adalah konstitusional.

Kemudian, pada Oktober, Noboru Watanabe (perwakilan lokal untuk Partai Demokrat Liberal yang berkuasa) menyebut pernikahan sesama jenis "menjijikkan". Komentar itu banyak dikritik.

Namun ada gerakan menuju kesetaraan yang lebih besar di “Negeri Sakura”.

Baca juga: Aplikasi Kencan Gay Grindr Hilang dari App Store China

Skema yang diluncurkan di wilayah metropolitan Tokyo pertama kali diajukan di salah satu distriknya pada 2015. Sejak itu gerakannya menyebar ke sembilan distrik lagi dan enam kota di barat wilayah metropolitan, menurut situs berita Asahi Sinbun.

Dilansir dari BBC pada Selasa (1/11/2022), skema baru yang meluas di kota metropolitan itu akan berlaku bagi semua wilayah kota, dan penduduknya 14 juta.

Sertifikat kemitraan - yang juga telah diperkenalkan di delapan prefektur lain di seluruh Jepang - akan memungkinkan pasangan sesama jenis diperlakukan sama seperti pasangan menikah dalam hal perumahan, obat-obatan, dan kesejahteraan.

Tapi itu tidak akan membantu dengan masalah seperti adopsi, warisan dan visa pasangan, menurut koresponden Jepang BBC Rupert Wingfield-Hayes.

Siapa pun yang berusia di atas 18 tahun yang tinggal atau bekerja di Tokyo diizinkan untuk mendaftar, dengan 137 aplikasi telah diajukan pada Jumat (28/10/2022).

Baca juga: Masjid di Berlin Jerman Kibarkan Bendera Pelangi untuk Dukung LGBT

Untuk pasangan seperti Miki dan Katie, sertifikat itu menghilangkan beban pikiran mereka.

"Ketakutan terbesar saya adalah bahwa kami akan diperlakukan sebagai orang asing dalam keadaan darurat," kata Miki - yang meminta mereka hanya disebut dengan nama depan - kepada kantor berita AFP.

Soyoka Yamamoto - seorang juru kampanye hak-hak LGBT yang termasuk orang pertama yang mengumpulkan sertifikatnya pada Selasa (1/11/2022).

Kepada wartawan dia mengatakan dengan tulus berharap "kita dapat mempercepat upaya untuk menciptakan masyarakat di mana hak-hak minoritas seksual dapat dilindungi, dan dibuat lebih setara".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Global
7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com