NEW DELHI, KOMPAS.com - Kabut asap beracun menyelimuti langit New Delhi, setelah perayaan Diwali di India, festival lampu tahunan Hindu, di mana orang-orang yang bersuka ria menentang larangan petasan.
Pada Selasa (25/10/2022), perusahaan pemantau internasional IQAir melaporkan bahwa tingkat partikulat (PM2.5) berbahaya melonjak menjadi 350 pada indeks kualitas udara, tiga kali lipat dari pembacaan sehari sebelumnya.
Pembacaan untuk partikulat tersebut lebih dari 23 kali lipat ukuran maksimum harian, yang direkomendasikan sesuai ketetapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Rishi Sunak, PM Inggris dan Rahasia Sukses Keturunan India
Partikulat (PM2.5) adalah partikel yang sangat kecil sehingga dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan memasuki aliran darah.
Angka PM2.5 telah berkurang menjadi sekitar 145 pada pertengahan pagi, tapi masih hampir 10 kali lipat dari batas WHO.
Dilansir dari Al Jazeera, sebuah laporan oleh IQAir pada 2020 menemukan bahwa 22 dari 30 kota paling tercemar di dunia berada di India.
PM2.5 di udara dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan pernapasan seperti kanker paru-paru.
Sebuah studi oleh Institut Kebijakan Energi di Universitas Chicago (EPIC), dirilis pada Juni, mengatakan penyakit paru-paru dan jantung yang disebabkan oleh PM2.5 mengurangi harapan hidup di negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar di India.
Dalam delapan tahun terakhir negara bagian India tersebut telah menjadi rumah bagi 300 juta orang.
Baca juga: India Hadapi Pandemi Kuman Super yang Kebal Antibiotik
New Delhi, merupakan kota dengan kualitas udara terburuk dari semua ibu kota dunia. Pemerintahnya telah memberlakukan larangan penjualan dan penggunaan petasan bulan lalu, dan yang melanggar larangan dapat menghadapi hukuman enam bulan penjara.
Sayangnya, masih banyak dari sekitar 20 juta penduduk ibu kota India yang bisa mendapatkan petasan, dan menyalakannya hingga dini hari untuk merayakan perayaan Diwali di India.
New Delhi residents defy Diwali firecracker ban, pollution spikes https://t.co/cCw7boXyla pic.twitter.com/2qt1v5mpWK
— AsiaOne (@asiaonecom) October 25, 2022
Meskipun kabut asap tebal, penyiar NDTV menunjukkan bahwa tingkat polusi udara New Delhi setelah tahun perayaan Diwali pada Senin (24/10/2022) adalah yang terendah dalam empat tahun. Festival ini jatuh relatif awal tahun ini dalam cuaca yang relatif sejuk.
Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengatakan penduduk "bekerja keras" dan ada hasil yang menggembirakan.
"Tapi masih ada jalan panjang," cuitnya pada Selasa (25/10/2022) pagi.
Diwali dirayakan pada waktu yang hampir bersamaan dengan saat para petani di negara bagian tetangga membakar jerami setelah panen mereka.
Asap petasan, pembakaran hasil pertanian, emisi industri, dan kendaraan bergabung meramu “koktail beracun” polusi udara India sepanjang tahun ini, yang telah disalahkan menjadi penyebab sejumlah besar kematian dini.
Di seluruh Asia Selatan, rata-rata orang akan hidup lima tahun lebih lama jika tingkat partikel halus memenuhi standar WHO, menurut sebuah studi Juni oleh EPIC.