KOMPAS.com - Vaksin hidung disebut bisa menjadi senjata masa depan yang kuat dalam perang melawan Covid-19 meskipun hasil uji coba baru-baru ini "mengecewakan" untuk semprotan AstraZeneca, kata para ahli.
Dilansir AFP, dengan masuk ke dalam tubuh dengan cara yang sama seperti virus, vaksin hidung bertujuan untuk membangun kekebalan pada selaput lendir yang melapisi hidung dan mulut.
Ini dapat menghalangi orang untuk terinfeksi dan juga berpotensi menghambat mereka yang memiliki Covid untuk menyebarkannya lebih lanjut.
Baca juga: Swiss Akan Hancurkan 10 Juta Dosis Vaksin Moderna Senilai Rp 4 Triliun karena Kedaluwarsa
Vaksin hidung akan jadi dorongan besar dibandingkan dengan suntikan tradisional di lengan, yang telah terbukti sangat efektif dalam mencegah Covid yang parah tetapi berkinerja jauh lebih buruk dalam hal menghentikan penularan.
Bulan lalu China menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin Covid tanpa jarum.
Kabut aerosol dihirup melalui hidung dan mulut menggunakan perangkat nebuliser, sementara India menyalakan lampu hijau vaksin tetes hidung buatan sendiri beberapa hari kemudian.
Minggu lalu peneliti Oxford mengungkapkan hasil uji coba fase 1 untuk semprotan hidung sederhana menggunakan vaksin AstraZeneca.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Krisis Energi Eropa, Pembalasan atas Sanksi | Vaksin Covid-19 Tanpa Suntikan
Namun, vaksin mempromosikan antibodi mukosa hanya pada sebagian kecil peserta, dan respons imun lebih lemah dibandingkan dengan vaksin tradisional, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal eBioMedicine.
"Semprot hidung tidak bekerja dengan baik dalam penelitian ini seperti yang kami harapkan," kata kepala penyelidik percobaan, Sandy Douglas dari Universitas Oxford.
"Ini sangat berbeda dari data terbaru dari China, yang menunjukkan hasil yang baik dapat dicapai dengan pengiriman vaksin serupa jauh ke dalam paru-paru dengan perangkat nebuliser yang lebih kompleks," kata Douglas.
"Satu kemungkinan adalah sebagian besar vaksin semprot hidung akhirnya tertelan dan dihancurkan di perut, pengiriman ke paru-paru bisa menghindarinya."
Baca juga: AS Berencana Suntik Vaksin Covid-19 Setahun Sekali
Connor Bamford, seorang ahli virus di Queen's University Belfast, mengatakan kepada AFP bahwa penting untuk "tidak terlalu berkecil hati" tentang hasil AstraZeneca.
Dia mengatakan bahwa mencari tahu persis mengapa semprotan hidung gagal dapat membantu para peneliti menemukan cara membuat versi masa depan lebih efektif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.