Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Pemutih Kulit Laku Keras di Kamerun, tapi Pembeli Menyesal

Kompas.com - 09/10/2022, 20:05 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

YAOUNDE, KOMPAS.com - Mengenakan topi besar yang melindungi wajahnya dari sinar matahari di Kamerun, Jeanne (63) kini sangat menyesal menggunakan produk pemutih kulit setelah didiagnosa menderita kanker kulit.

Dia adalah salah satu dari banyak wanita di Kamerun pengguna produk kontroversial yang kini dilarang setelah memicu amarah di media sosial.

"Saya malu ketika orang melihat saya," kata pedagang di ibu kota Yaounde tersebut, yang hanya ingin menggunakan nama depannya.

Baca juga: Virus Corona Melanda Kamerun, Presidennya Diam Saja

Setelah lesi tumbuh di wajahnya selama lima bulan, dia berobat ke dokter yang kemudian mendiagnosisnya dengan salah satu kanker kulit paling umum.

Dokter mengatakan, kankernya terkait dengan penggunaan produk pencerah kulit selama 40 tahun.

Jeanne, seperti jutaan orang di seluruh dunia, menggunakan produk tersebut untuk mendapatkan kulit lebih cerah sesuai standar yang didorong oleh industri kecantikan.

Menurut Cameroon Dermatology Society (Socaderm), hampir 30 persen penduduk di ibu kota perekonomian Douala dan seperempat siswi menggunakan produk tersebut pada 2019.

Untuk beberapa orang seperti Annette, siswi berusia 20 tahun, efeknya bisa sangat keras. Dia menderita bercak merah di wajahnya, kulit mengelupas, dan luka bakar.

"Di bawah terik matahari, wajah saya menjadi panas dan saya harus berhenti," ungkapnya dikutip dari kantor berita AFP (29/9/2022).

Produk dengan nama-nama seperti "White now" dan "Super white" banyak mengisi rak-rak toko yang dihiasi wanita berkulit putih di kemasannya.

Bahan kimia berbahaya

Kehebohan dimulai pada musim panas setelah warganet Kamerun mengkritik anggota parlemen oposisi Nourane Fotsing atas perusahaannya yang menjual produk pemutih kulit. Mereka marah karena pejabat terpilih itu mengambil untung dari mereka.

Banyak produk yang belum pernah diuji secara ilmiah dan mengandung bahan kimia berbahaya menghambat produksi melanin, zat yang diproduksi di dalam tubuh dengan paparan sinar matahari.

Salah satu bahan kimia tersebut adalah hidrokuinon, yang dilarang di Uni Eropa sejak 2001 karena risiko kanker dan mutasi genetik.

Baca juga: Ada Negara di Dalam Negara Afrika Selatan

Kementerian Kesehatan Kamerun pada 19 Agustus 2022 melarang impor, produksi, dan distribusi produk kosmetik serta kebersihan pribadi yang mengandung zat berbahaya seperti hidrokuinon dan merkuri.

Hidrokuinon adalah salah satu zat yang paling banyak digunakan dalam produk pemutih di Kamerun, menurut studi tahun 2019 oleh Yaounde I University.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Global
Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Global
Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com