Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Tentara Rusia Kabur dari Mobilisasi Parsial: Saya Tak Mau Bunuh Saudara

Kompas.com - 26/09/2022, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

HELSINKI, KOMPAS.com - Tak lama setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk perang di Ukraina, Alex yang merupakan mantan perwira militer Rusia masuk ke mobilnya dan pergi ke Finlandia dengan membawa satu koper.

"Saya tidak ingin membunuh orang-orang Slavia saya, saudara laki-laki saya, saudara perempuan saya," kata pria paruh baya itu kepada AFP dari kamar hotel sederhana di Finlandia, tempat ia tiba pada Kamis (22/9/2022).

"Saya secara fisik terhina berada di hadapan warga Rusia kami yang mendukung perang", lanjut insinyur IT tersebut dikutip pada Senin (26/9/2022).

Baca juga: Pria Rusia Ramai-ramai Tinggalkan Negaranya Usai Perintah Mobilisasi Parsial, Khawatir Dikirim ke Ukraina

Pria paruh baya kelahiran Crimea itu berbicara kepada AFP dengan syarat tidak mengungkapkan identitas lengkapnya, karena khawatir akan istri dan anaknya yang ditinggalkan di Rusia.

"Mereka adalah sandera, jika saya menunjukkan wajah saya mereka akan dipenjara," imbuhnya.

Oleh karena berlatar belakang militer, Alex khawatir dia termasuk orang-orang yang ingin dikirim Rusia ke garis depan.

Pertama yang berada di bawah ancaman

Tentara Rusia bersiap di Lapangan Merah Moskwa.AFP/MLADEN ANTONOV Tentara Rusia bersiap di Lapangan Merah Moskwa.
"Saya bertugas sebagai selama delapan tahun ... saya memiliki pangkat perwira. Saya yang pertama berada di bawah ancaman."

Namun, semua berubah baginya ketika dia ikut protes di Saint Petersburg sehari setelah pengumuman mobilisasi, dan melihat betapa sedikit orang Rusia yang bergabung.

Dia menyadari bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukan Rusia dan yakin negara itu akan menjadi berantakan.

"Saya tahu seperti apa tentara Rusia dari dalam, saya sangat yakin bahwa Putin akan kalah."

Lahir di Sevastopol di Crimea selama masa Soviet, Alex pernah memegang paspor Ukraina tetapi tidak dapat memiliki kewarganegaraan ganda ketika pindah ke Rusia untuk mengejar karier militer.

Alex berkata, orangtuanya menganggapnya pengkhianat dan dia tidak akan terkejut jika ibunya melaporkannya ke dinas intelijen FSB Rusia.

Segera setelah pembatasan Covid-19 dicabut dan perbatasan dengan Finlandia dibuka kembali pada Juli 2022, Alex mulai bekerja dengan jaringan sukarelawan yang disebut Rubikus, untuk membantu evakuasi paksa warga Ukraina meninggalkan Rusia.

Dengan tujuan ini, ia memperoleh visa turis untuk mengantar orang Ukraina ke Finlandia dan Estonia.

Baca juga:

"Ukraina adalah Tanah Airku"

Tentara Rusia berjaga di pusat jalanan di Dier Ezzor, timur Suriah.ARAB NEWS / AFP Tentara Rusia berjaga di pusat jalanan di Dier Ezzor, timur Suriah.
Khawatir bahwa keputusan Finlandia segera memblokir orang Rusia yang membawa visa turis Schengen Eropa juga akan menghentikan kegiatan itu, Alex menangis ketika dia berbicara tentang orang Ukraina yang dibantu melarikan diri.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com