Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekecewaan PM Jepang: Invasi Rusia Menginjak-injak Piagam PBB

Kompas.com - 21/09/2022, 19:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

TOKYO, KOMPAS.com - Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menyuarakan kekecewaan atas kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.

Dilansir Al Jazeera, dia menyerukan reformasi yang akan memungkinkan PBB untuk lebih mempertahankan perdamaian dan ketertiban global.

“Invasi Rusia ke Ukraina adalah tindakan yang menginjak-injak filosofi dan prinsip-prinsip piagam PBB … Itu tidak boleh ditoleransi,” kata Kishida kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) pada pertemuan tahunannya di New York City.

Baca juga: PM Jepang Perbarui Tawaran Siap Bertemu Kim Jong Un, Untuk Apa?

Dia lantas menyerukan reformasi sistem yang memberikan lima negara, termasuk Rusia, hak veto di Dewan Keamanan.

“Kita harus menghadapi kenyataan bahwa integritas PBB terancam karena invasi Ukraina oleh Rusia, yang merupakan anggota Dewan Keamanan PBB,” kata Kishida dalam pidatonya di UNGA ke-77.

Menurutnya, reformasi telah dibahas selama hampir 30 tahun.

“Yang kita butuhkan adalah tindakan menuju reformasi, bukan hanya bicara,” tambahnya.

Baca juga: Pria Jepang Bakar Diri Sebagai Protes atas Pemakaman Kenegaraan Shinzo Abe

Jepang telah lama berusaha untuk mereformasi Dewan Keamanan PBB, dengan mengatakan bahwa PBB dirancang oleh pemenang Perang Dunia II dan tidak mencerminkan realitas masyarakat internasional.

Sejak 2004, Jepang telah mempromosikan rencana reformasi dengan Jerman, India dan Brasil.

Jepang sendiri akan memiliki kursi sebagai salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan mulai Januari.

Baca juga: Pusat Ruang Angkasa Jepang Rusak Diterjang Topan Nanmadol, 130.000 Alami Gangguan Listrik

Kishida, yang berasal dari Hiroshima, kota pertama yang pernah mengalami bom atom, juga menyatakan kekecewaannya atas kegagalan para perunding bulan lalu untuk mencapai kesepakatan tentang Perjanjian Nonproliferasi Nuklir PBB.

Perjanjian ini dianggap sebagai landasan perlucutan senjata nuklir, setelah Moskwa menolak konsep finalnya

Dia juga mengutuk ancaman senjata nuklir oleh Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com