Penulis: Poltak Partogi Nainggolan*
HARI-hari ini pendapat Karl von Clausewitz dan Sun Tzu tentang perang menarik untuk ditelaah kembali.
Pertama, argumen Clausewitz tentang perang (Vom Kriege, 1832) yang menyatakan, “Der Krieg eine blosse Forsetzung der Politik mit anderen Mitteln” (perang adalah jalan lain dari politik dengan cara lain).
Kedua, argumen Sun Tzu (The Art of War, 496 SM) yang mengingatkan bahwa kompleksitas perang membuat sulit bagi aktor pencetus untuk membatasi dan menghentikannya.
Kedua karya klasik itu menjadi pegangan para pengambil keputusan, apalagi petinggi militer, sejak mereka masih di kampus atau akademi militer.
Argumen Clausewitz sangat empirik, karena sebagai jenderal ia bertempur di Eropa dalam Perang Napoleonik yang panjang.
Begitu pula karya Sun Tzu yang lebih filosofis dan luas, juga mudah dijumpai relevansinya dalam pertarungan politik dan bisnis.
Presiden Biden dan Menlu Blinken dari AS berkali-kali meyakinkan Putin dengan datang langsung dan secara daring dan lewat telpon tentang kebijakan NATO dan maksud Ukraina bergabung, namun semua menjadi sia-sia belaka.
Presiden Macron dari Perancis, dengan pertemuan empat mata dan komunikasi telpon tidak henti di saat terakhir menghubungi Putin agar membatalkan niatnya menginvasi Ukraina.
Sebelumnya, Kanselir terlama Jerman, Angela Merkel, sampai di akhir pensiunnya telah berupaya membujuk Putin supaya melunak dan tidak meneruskan nafsu agresinya ke negara-negara eks Soviet dan Blok Timur.
Pendatang baru di Eropa, PM Boris Johnson dari Inggris, bahkan melangkah langsung ke Kremlin untuk mencegah niat Putin.
Namun, invasi tetap berlangsung dan Barat seperti tidak berdaya menghentikan rencana penguasa Rusia itu.
Pertanyaan muncul adalah, apa yang dicari Putin? Mengapa ia berkeras melawan dunia dengan keputusan kontroversialnya, tidak goyah sama sekali dari bujukan, selain tekanan dan ancaman bertubi-tubi yang disampaikan para petinggi Barat?
Kedua karya klasik Von Clausewitz dan Sun Tzu tentang perang perlu dibuka lagi. Pertama, setiap perang harus mempunyai tujuan.