BEIJING, KOMPAS.com - Krisis properti di China terjadi ketika para pembeli rumah yang frustrasi berhenti melakukan pembayaran hipotek pada unit hunian yang belum selesai dibangun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hipotek adalah kredit yang diberikan atas dasar jaminan berupa benda tidak bergerak.
Setelah boikot hipotek terjadi, para pengembang kewalahan mengelola utang yang menggunung. Krisis properti di China pun dikhawatirkan dapat berdampak ke ekonomi global.
Baca juga: Krisis Properti China Memburuk, Dua Bos Evergrande Mengundurkan Diri, 200 Proyek Mangkrak
Dikutip dari kantor berita AFP pada Minggu (24/7/2022), berikut adalah penyebab krisis properti China dan risikonya terhadap dunia.
Sangat besar. Properti dan industri terkaitnya diperkirakan menyumbang seperempat dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.
Sektor properti China berkembang pesat setelah reformasi pasar pada 1998. Permintaan melonjak di kelas menengah yang sedang tumbuh dan memandang properti sebagai aset keluarga utama serta simbol status.
Perkembangan ini diikuti dengan akses mudah ke pinjaman. Bank-bank China bersedia meminjamkan uang sebanyak mungkin untuk pengembang maupun pembeli.
Laporan ANZ Research pada Juli 2022 menemukan, hipotek atau mortgage mencapai hampir 20 persen dari semua pinjaman di sistem perbankan China.
Banyak pengembang properti China menawarkan pre-sale, yaitu pembeli membayar hipotek pada unit dalam proyek yang belum dibangun.
Bloomberg News melaporkan, total luas rumah yang belum selesai dibangun di China adalah 225 juta meter persegi.
Baca juga: Pakai Jasa Pengelola Keuangan, Pengembang Properti China Malah Kehilangan Rp 4,5 Triliun
China kemudian menerapkan tindakan keras tahun lalu. Bank sentral membatasi jumlah pinjaman untuk properti, tetapi akibatnya pengembang semakin kesulitan membayar utang.
Gelombang default atau wanprestasi pun terjadi di kalangan pengembang terbesar China. Salah satunya adalah Evergrande yang dililit utang 300 miliar dollar AS (Rp 4,5 kuadriliun)
Selain pembatasan regulasi, krisis properti di China juga disebabkan dampak pandemi Covid. Ketidakpastian ekonomi membuat banyak calon pembeli rumah berpikir ulang untuk membeli hunian.
Baca juga: Krisis Evergrande: Awal Mula Petaka, Utang Rp 4 Kuadriliun, dan Ruginya Ribuan Orang