Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kebijakan Senjata Api di Negara-negara Maju dan Efektivitasnya

Kompas.com - 12/07/2022, 07:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber DW

KOMPAS.com - Pembunuhan mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe adalah insiden terbaru terkait kekerasan senjata api yang menjadi sorotan dunia internasional.

Selain karena sosok populer Abe di kancah internasional, insiden ini mengejutkan dunia mengingat Jepang terkenal memiliki peraturan senjata api yang ketat dan tingkat kekerasan senjata api yang rendah.

Negara-negara lain dengan undang-undang senjata api yang ketat juga mengalami insiden kekerasan terkait senjata baru-baru ini. DW dalam laporannya menilik kebijakan terkait senjata api di negara-negara maju berikut ini:

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Shinzo Abe Meninggal Usai Ditembak | PM Inggris Boris Johnson Mundur

Jepang

Jepang memiliki beberapa peraturan paling ketat di dunia tentang kepemilikan senjata pribadi. 

Selain polisi dan militer, tidak ada yang boleh memiliki pistol. Hanya senapan dan senapan angin yang tersedia untuk warga sipil.

Calon pemilik senjata api harus mengikuti kelas wajib sepanjang hari dan lulus tes tertulis dan tes jarak tembak dengan akurasi minimal 95 persen.

Pelamar harus menjalani evaluasi kesehatan mental dan pemeriksaan latar belakang polisi, termasuk kerabatnya. Itu untuk memastikan bahwa pemohon dan lingkungan terdekatnya tidak memiliki catatan kriminal. Lisensi ini berlaku selama tiga tahun.

Baca juga: UPDATE Penembakan Mantan PM Jepang, Shinzo Abe Bukan Anggota Gereja Unifikasi yang Diikuti Ibu Pelaku

Pemilik harus mengikuti kembali kelas dan ujian setiap tiga tahun untuk memperbarui lisensi. Senjata api harus didaftarkan dan diperiksa oleh polisi setahun sekali.

Jepang terakhir menyaksikan penembakan seorang politisi pada 2007. Ketika itu Iccho Itoh, Wali Kota Nagasaki, ditembak dan terbunuh oleh seorang anggota yakuza. Jepang setelah itu memperketat pembatasan dan menaikkan hukuman karena memiliki senjata api secara ilegal.

Kekerasan senjata api sangat jarang terjadi di Jepang. Menurut Kepolisian Nasional, hanya ada 10 penembakan pada 2021. Sebagai perbandingan, di AS sekitar 321 orang ditembak setiap hari, dan 111 di antaranya meninggal, menurut Brady Campaign to Prevent Gun Violence.

Baca juga: 19 Orang Tewas dalam Penembakan di Bar Afrika Selatan

Denmark

Insiden penembakan massal terakhir di Denmark terjadi pada 3 Juli 2022. Tiga orang tewas dan empat lainnya terluka, setelah seorang pria melepaskan tembakan di pusat perbelanjaan Field Kopenhagen.

GunPolicy.org, database internasional yang dijalankan oleh University of Sydney, mengkategorikan peraturan senjata di negara Skandinavia sebagai "terbatas." Perkiraan tingkat kepemilikan senjata pribadi di negara ini hanya 9,9 senjata api per 100 orang pada 2017.

Denmark hanya memiliki tiga penembakan massal sejak 1994, sedangkan AS memiliki lebih dari 300 insiden penembakan massal pada 2022.

Baca juga: Horor Penembakan Mal di Kopenhagen Denmark, Tersangka Tembaki Pengunjung, 3 Orang Tewas

Senjata api di Denmark diatur oleh Kementerian Kehakiman. Warga sipil tidak dapat memiliki senjata api otomatis penuh; senjata semi otomatis dan pistol (pistol dan revolver) hanya diperbolehkan dengan izin khusus.

Pembeli senjata api harus memberikan alasan seperti hobby, berburu atau menembak sasaran. Pemeriksaan latar belakang juga dilakukan polisi untuk memastikan keamanan sebelum pemberian izin.

Halaman:
Sumber DW
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com