Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmansjah Djumala
Diplomat dan Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri

Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri dan Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung.

Perdamaian Rusia-Ukraina, Bukan Sekali Tepuk Jadi

Kompas.com - 05/07/2022, 07:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM berapa hari terakhir, jagat maya dihiruk-pikukkan oleh beragam komentar tentang misi perdamaian yang coba dilakukan oleh Presiden Joko Widodo terhadap konflik Rusia-Ukraina.

Usai menghadiri Pertemuan G7 di Jerman, Jokowi mengunjungi Ukraina dan Rusia untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Misinya: mendamaikan kedua seteru yang sudah 5 bulan berperang.

Banyak pihak yang memuji langkah diplomasi Jokowi ini sebagai inisiatif cemerlang lagi berani.

Tapi tak sedikit juga yang meremehkan. Misi perdamaian Jokowi dianggap tidak mampu mewujudkan perdamaian, tidak ada langkah terobosan.

Suasana pertemuan empat mata antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Joko Widodo di Istana Maryinsky, Kyiv  pada Rabu (29/6/2022).dok. Agus Suparto Suasana pertemuan empat mata antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Joko Widodo di Istana Maryinsky, Kyiv pada Rabu (29/6/2022).
Bagaimana memaknai langkah diplomasi perdamaian Jokowi ini dalam perspektif diplomasi penyelesaian konflik?

Seturut fatsun diplomasi, proses perdamaian setidaknya harus melalui tiga tahapan proses: komunikasi, penghentian kekerasan dan dialog untuk berunding.

Para pelaku diplomasi terkhusus yang mendalami isu penyelesaian konflik pasti mahfum bahwa tiga tahapan proses itu sudah dianggap sebagai adab diplomasi. Komunikasi antara dua pihak yang bertikai menjadi keniscayaan.

Bayangkan, bagaimana bisa berdamai jika kedua seteru tidak saling menyapa dan bicara? Di sinilah komunikasi awal perlu. Pembicaraan dan negosiasi perdamaian tak akan bisa dimulai jika tidak ada komunikasi.

Sebab, komunikasi awal dibutuhkan agar kedua seteru bisa mengetahui posisi dan apa yang diinginkan oleh masing-masing pihak.

Untuk itu dibutuhkan pihak ketiga untuk mediasi agar kedua pihak dapat berkomunikasi. Dalam konteks inilah, pertemuan empat mata antara Jokowi dengan Zelensky dan Putin mutlak perlu.

Dengan menemui kedua pihak bertikai itu secara langsung, Jokowi sejatinya sudah membuka pintu komunikasi.

Pada tahap selanjutnya, untuk memulai dialog dan perundingan kekerasan harus diakhiri. Perang harus dihentikan. Inilah himbauan yang disampaikan kepada Zelensky dan Putin.

Berhentinya tindak kekerasan dan perang karena gencatan senjata menghadirkan ruang kondusif untuk berunding mencari jalan damai.

Alasan inilah yang mendorong Jokowi ke Ukraina dan Rusia: pra-syafrat untuk dimulainya dialog dan perundingan adalah menghentikan kekerasan dan peperangan.

Perlu dipahami bahwa proses komunikasi, penghentian kekerasan dan dialog dalam setiap upaya penyelesaian konflik dan inisiatif perdamaian butuh waktu lama, bertahun-tahun, melalui proses panjang dan berliku.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com