Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Perang Rusia-Ukraina Disalahkan sebagai Pemicu Krisis Pangan Global?

Kompas.com - 20/06/2022, 19:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

LONDON, KOMPAS.com - Perang Rusia-Ukraina menghambat biji-bijian keluar dari negara yang terkenal disebut sebagai "keranjang roti dunia" itu dan membuat makanan lebih mahal di seluruh dunia.

Perang yang tak kunjung usai dikhawatirkan akan memperburuk kekurangan, kelaparan, dan ketidakstabilan politik di negara-negara berkembang.

Baca juga: Harga Pangan Dunia Terus Melonjak, Beras Berikutnya?

Rusia dan Ukraina mengekspor hampir sepertiga gandum dan jelai dunia, lebih dari 70 persen minyak bunga mataharinya, dan merupakan pemasok besar jagung. Rusia adalah produsen pupuk global teratas.

Harga pangan dunia sudah naik, dan perang memperburuk keadaan, mencegah sekitar 20 juta ton biji-bijian Ukraina sampai ke Timur Tengah, Afrika Utara, dan sebagian Asia.

Negosiasi selama berminggu-minggu tentang koridor yang aman untuk mengeluarkan biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina hanya menghasilkan sedikit kemajuan. Padahal urgensi meningkat saat musim panen musim panas tiba.

“Ini perlu terjadi dalam beberapa bulan ke depan (atau) ini akan menjadi mengerikan,” kata Anna Nagurney, yang mempelajari manajemen krisis di University of Massachusetts Amherst dan anggota dewan Kyiv School of Economics sebagaimana dilansir AP.

Dia mengatakan 400 juta orang di seluruh dunia bergantung pada pasokan makanan Ukraina.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB memproyeksikan hingga 181 juta orang di 41 negara dapat menghadapi krisis pangan atau tingkat kelaparan yang lebih buruk tahun ini. Berikut gambaran krisis pangan global saat ini:

Baca juga: Dituding Jadi Penyebab Krisis Pangan Global, Rusia Bahas Koridor Pangan dari Ukraina dengan Turki

Situasi pangan global terkini

Harga pangan naik sebelum invasi, yang berasal dari faktor-faktor termasuk cuaca buruk dan panen yang buruk memotong pasokan, sementara permintaan global pulih dengan kuat dari pandemi Covid-19.

Glauber mengutip panen gandum yang buruk tahun lalu di Amerika Serikat dan Kanada, dan kekeringan yang merusak hasil kedelai di Brasil.

Kondisi juga diperburuk oleh perubahan iklim, bagian Tanduk Afrika yang menghadapi salah satu kekeringan terburuk dalam empat dekade. Sementara gelombang panas yang memecahkan rekor menerjang India pada Maret sehingga mengurangi hasil gandum.

Kondisi tersebut bersama dengan melonjaknya biaya bahan bakar dan pupuk, telah mencegah negara-negara penghasil biji-bijian besar lainnya untuk mengisi kesenjangan.

Biasanya, 90 persen gandum dan biji-bijian lainnya dari ladang Ukraina dikirim ke pasar dunia melalui laut tetapi tertahan oleh blokade Rusia di pantai Laut Hitam.

Beberapa biji-bijian sedang dialihkan melalui Eropa dengan kereta api, jalan dan sungai. Tetapi, jumlahnya hanya bagaikan setetes ember, jika dibandingkan dengan rute laut. Pengiriman kereta juga hanya alternatif sementara, karena standar rel Ukraina tidak cocok dengan tetangganya di barat.

Baca juga: Rusia Walk Out dari Pertemuan PBB, Geram Disalahkan atas Krisis Pangan Global

Negosiasi selama berminggu-minggu tentang koridor yang aman untuk mengeluarkan biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina hanya menghasilkan sedikit kemajuan.AP Negosiasi selama berminggu-minggu tentang koridor yang aman untuk mengeluarkan biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina hanya menghasilkan sedikit kemajuan.

Wakil menteri pertanian Ukraina, Markian Dmytrasevych, meminta anggota parlemen Uni Eropa untuk membantu mengekspor lebih banyak biji-bijian, termasuk memperluas penggunaan pelabuhan Rumania di Laut Hitam, membangun lebih banyak terminal kargo di Sungai Danube dan memotong birokrasi untuk penyeberangan barang di perbatasan Polandia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com