Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tsunami Politik Akhiri Pemerintahan PM Australia Scott Morrison

Kompas.com - 22/05/2022, 21:00 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

SYDNEY, KOMPAS.comPerdana Menteri Australia Scott Morrison tidak kuasa menahan tsunami politik yang menyudahi pemerintahannya pada pemilihan umum (pemilu) parlemen federal, Sabtu (21/5/2022).

Koalisi konservatif yang telah memimpin Australia selama sembilan itu tahun diproyeksikan akan kehilangan lebih dari 20 kursi parlemen, disapu oleh Partai Buruh dan calon-calon independen yang mengampanyekan isu perubahan iklim, kesetaraan gender, dan integritas politik.

Koalisi yang dipimpin Scott Morrison menurut hasil sementara hanya memenangi 54 dari 151 kursi parlemen. Perolehan ini adalah angka terendah dalam 39 tahun.

Baca juga: Setelah 9 Tahun Berkuasa, Pemerintah Konservatif Kalah dalam Pemilu Australia karena Isu Iklim

Scott Morrison gagal mengulangi kemenangan mengejutkannya tiga tahun lalu ketika koalisi konservatif secara tak terduga mengalahkan Partai Buruh.

Pemilu perubahan iklim

Lingkungan hidup dan perubahan iklim menjadi isu utama pada pemilu Australia kali ini.
Serangkaian bencana alam seperti banjir dan kebakaran hutan yang kerap melanda "Negeri Kanguru" akhir-akhir ini menimbulkan kecemasan pemilih.

Rakyat Australia menginginkan pemerintahannya mengambil tindakan yang jauh lebih nyata dan tegas untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Sayangnya, pemerintahan Scott Morrison mengabaikan seruan tersebut.

Akibatnya muncullah gerakan politik bernama Climate 200 yang mencalonkan kandidat-kandidat konservatif pro-lingkungan,

Awalnya diragukan bakal menang, tanpa diduga kandidat yang didominasi profesional perempuan ini menumbangkan politisi-politisi senior koalisi termasuk menteri keuangan Josh Frydenberg di daerah suburban dalam kota-kota besar seperti Sydney, Melbourne, dan Perth.

Frydenberg telah digadang-gadang sebagai calon pengganti Morrison sebagai pemimpin partai baru. 

Dapil suburban ini selama berpuluh-puluh tahun menjadi lumbung suara koalisi dan bahkan menghasilkan sejumlah perdana menteri Australia seperti Robert Menzies, Tony Abbott, dan Malcolm Turnbull. Pemilih di dapil ini rata-rata tergolong kaya dengan pendidikan dan penghasilan tinggi serta orientasi politik yang konservatif tetapi lebih moderat.

Baca juga: Kalah Pemilihan, Ini Rekam Jejak Kontroversial PM Australia Scott Morrison

Bukan hanya isu lingkungan yang memicu kemarahan pemilih suburban. Sepelenya pemerintahan Scott Morrison terhadap persamaan hak kaum perempuan ikut menggerus suara koalisi.

Perdana menteri berusia 54 tahun itu berkali-kali dikritik karena tidak menganggap serius serangkaian skandal bully dan pelecehan seksual terhadap staf perempuan di parlemen Australia.

Morrison lebih memilih menguatkan retorik sayap kanannnya untuk mencoba memenangi pemilih kaum kelas pekerja dari Partai Buruh. Namun, upayanya gagal karena pemilih ini tetap loyal terhadap Parati Buruh.

Celakanya, strategi politiknya itu memicu kemarahan pemilih moderat konservatif terutama blok pemilih perempuan yang berpaling meninggalkan koalisi pimpinannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com