Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Qatar: Negara Kecil yang Makin Kaya karena Perang di Ukraina

Kompas.com - 13/05/2022, 13:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

DOHA, KOMPAS.com - Dengan jumlah penduduk kurang dari tiga juta jiwa, Qatar telah menjadi negara yang penting bagi Eropa untuk menggantikan impor energi dari Rusia.

Bersama Australia, negara kecil di Timur Tengah ini adalah pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia dan berpotensi menjadi sekutu komersial bagi negara-negara Uni Eropa, yang hampir 40 persen kebutuhan gasnya didapat dari Rusia.

Ketergantungan energi Eropa terhadap Rusia bukan menjadi masalah besar sampai Kremlin memutuskan untuk menyerang Ukraina pada Februari lalu, yang membuat hubungan komersial kedua pihak di ambang kehancuran.

Baca juga: Khawatir Konflik Rusia-Ukraina Memuncak, AS Cari Bantuan ke Qatar Amankan Gas ke Eropa

Eropa telah memulai kesepakatan jangka panjang untuk meningkatkan impor gas dari negara lain, tetapi langkah ini bukan solusi yang cukup untuk mengimbangi potensi kerugian jika menghentikan impor gas Rusia.

Ambil kasus Jerman, di mana 55 persen gas yang dikonsumsinya berasal dari Rusia.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck baru-baru ini menyerukan langkah-langkah yang belum pernah ditempuh sebelumnya untuk mengurangi ketergantungan serta melawan apa yang dia lihat sebagai pemerasan energi oleh Kremlin.

Jerman belum bisa menerima kapal LNG dari negara lain karena perlu membangun fasilitas untuk memprosesnya, sebuah rencana yang mungkin memakan waktu tiga hingga lima tahun, menurut perhitungan pemerintah.

Baca juga: Emir Qatar akan Bertemu Joe Biden Pekan Depan, Bahas Keamanan dan Afghanistan

Terlepas dari kesulitan logistik dan mengingat keadaan yang mendesak, Habeck mengatakan, "Kita harus mencoba langkah yang tidak praktis."

Dan, Jerman mengambil kebijakan untuk menggunakan terminal LNG terapung, yang mampu menerima produk gas dari tempat-tempat yang jauh seperti AS atau Qatar.

Beginilah cara Qatar memasuki meja perundingan dengan posisi yang baik saat perang Ukraina berlangsung, tepat pada saat Qatar telah melakukan investasi secara signifikan untuk meningkatkan produksi dan infrastruktur gas.

"Tentu saja ada peluang untuk Qatar," kata Karen Young, peneliti senior dan direktur program ekonomi dan energi di lembaga pemikir Middle East Institute, di Washington DC, kepada BBC Mundo.

Baca juga: Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Anak-anak Sekolah di Qatar Akan Libur Sebulan Lebih

Rencana ekspansi

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck sedang mencari kontrak gas baru.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck sedang mencari kontrak gas baru.

Qatar punya rencana untuk meningkatkan kapasitas ekspor sekitar 60 persen pada 2027 sebelum perang dimulai. Peluang jangka menengah untuk memasok LNG ke Eropa akan menjadi keuntungan, baik secara ekonomi jika kesepakatan tercapai dengan harga saat ini, dan secara politik.

Sebagai negara monarki semi-konstitusional dengan emir sebagai kepala negara, dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan, Qatar tidak harus melalui proses pengambilan keputusan yang rumit atau mendapatkan dukungan politik dari berbagai pihak.

Sistem politik negara tersebut telah dianggap oleh organisasi Barat sebagai "rezim otoriter", sebuah deskripsi yang ditolak oleh pemerintah Qatar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com