KYIV, KOMPAS.com – Kepala Misi Pengawasan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina Matilda Bogner mengatakan, jumlah kematian di Ukraina yang sebenarnya jauh lebih banyak daripada angka resmi.
Dalam jumpa pers di Jenewa, Selasa (10/5/2022), Bogner menuturkan bahwa ribuan warga sipil telah tewas di negara itu sejak perang dimulai.
Dilansir Reuters, jumlah korban tewas sebenarnya melebihi angka kematian resmi yang diumumkan yakni 3.381 jiwa.
Baca juga: Kyiv: 1,2 Juta Warga Ukraina Diusir Paksa dan Dikirim ke Rusia
“Kami telah membuat perkiraan, tetapi yang bisa saya katakan untuk saat ini adalah bahwa itu ribuan lebih banyak daripada angka yang saat ini kami berikan kepada Anda,” kata Bogner.
Pekan lalu, dia dan timnya mengunjungi daerah sekitar ibu kota Ukraina, Kyiv, serta Chernihiv yang pernah diduduki pasukan Rusia.
Tim PBB, yang mencakup 55 pengawas di Ukraina, berujar bahwa sebagian besar kematian disebabkan oleh senjata peledak yang memiliki area luas seperti rudal dan serangan udara.
Dia menambahkan bahwa "lubang hitam besar" yang sebenarnya adalah Mariupol, di mana sulit untuk mengakses dan mendapatkan informasi yang solid.
Mariupol, sebuah kota pelabuhan di Laut Azov, telah mengalami pertempuran paling merusak dalam perang di Ukraina.
Hingga 98 persen dari semua bangunan Mariupol telah dilenyapkan, sebagaimana dilaporkan parlemen Ukraina di aplikasi perpesanan Telegram.
Sementara itu, Pemerintah Ukraina melaporkan kemungkinan puluhan ribu orang telah terbunuh di sana sejak invasi Rusia yang tidak beralasan dimulai pada 24 Februari.
Di Mariupol, pabrik baja Azovstal diyakini sebagai daerah terakhir yang masih dipegang oleh pejuang Ukraina.
Baca juga: Buka Parade Kemenangan Perang Dunia II, Putin: Rusia Bela Tanah Air di Ukraina
“Selain militer, setidaknya 100 warga sipil masih di tempat (Azovstal). Namun, ini tidak mengurangi intensitas serangan oleh penjajah,” tulis salah satu pejabat Kota Mariupol, Petro Andryushchenko, di Telegram.
Ukraina mengatakan, pasukan Rusia mengebom sebuah pabrik baja di Mariupol pada Selasa di mana seorang pejabat lokal mengatakan setidaknya 100 warga sipil masih bersembunyi di sana.
Rusia telah memutus akses di Mariupol sehingga sulit untuk mengirim pasokan makanan, dan obat-obatan, termasuk air, ke warga sipil dan pejuang yang terjebak di sana.
Resimen Azov, yang bertahan di Azovstal, mengatakan di Telegram bahwa dalam 24 jam terakhir, 34 pesawat Rusia telah terbang di atas pabrik termasuk delapan serangan mendadak oleh bomber strategis.
Baca juga: 3 Skenario Ukraina Menang Perang Lawan Rusia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.