Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia dan Jerman Saling Mendekat Jelang KTT G7?

Kompas.com - 07/05/2022, 23:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - ASEAN sering memodelkan diri kepada Uni Eropa. Sebagai gantinya, Brussels mengambil peran saudara tua kepada ASEAN, yang tidak selalu ditanggapi baik di ibu kota negara-negara Asia Tenggara.

Mengingat keunikan relasi antara kedua blok politik, sering diasumsikan betapa hubungan tersebut ditopang oleh kedekatan dua anggota terbesarnya, Jerman dan Indonesia. Namun asumsi itu keliru, kata analis.

Baca juga: Jerman Akhirnya Kirim Senjata Berat ke Ukraina Setelah Dibanjiri Kritik

"Mengingat Jerman dan Indonesia merupakan dua perekonomian yang kuat dan aktor kunci di dalam Uni Eropa dan ASEAN, hubungan bilateral antara kedua negara malah kurang berkembang,” kata Alfred Gerstl, Guru Besar Studi Indo-Pasifik di Universitas Wina, Austria.

"Kedekatan tidak terlihat dalam bidang politik, ekonomi atau juga sosial,” imbuhnya kepada DW.

Hubungan dagang antara Indonesia dan Jerman saat ini masih tergolong kecil. Sepanjang 2021, kedua negara hanya mencatat volume perdagangan senilai 6,6 miliar dollar AS.

Dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang lebih kecil, Vietnam dan Malaysia misalnya, Jerman mencatatkan volume dagang sebesar 13 miliar dollar AS.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-67 Serangan Rusia ke Ukraina, Evakuasi Warga Sipil di Mariupol, Jerman Pastikan Terus Kirim Senjata

Jerman sebagai mediator KTT G20 di Indonesia?

Namun begitu, isyarat kedekatan menguat seiring peringatan 60 tahun hubungan diplomasi antara Jerman dan Indonesia. Awal pekan ini, Jerman mengundang Indonesia, India, Afrika Selatan, dan Senegal untuk menghadiri konferensi negara-negara industri maju, G7, di Bayern, akhir Juni.

Jerman saat ini memegang dewan kepresidenan G7, sementara Indonesia merupakan presiden G20 untuk 2022.

Undangan itu bisa memercik kehidupan baru pada relasi yang tidak terlihat terlalu ambisius, kata Gerstl. "Fokusnya terletak pada peningkatan hubungan ekonomi yang masih rendah dan kooperasi dalam memerangi perubahan iklim.”

Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 pada November mendatang. Menyusul invasi Rusia di Ukraina, Presiden RI Joko Widodo mengaku akan mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky.

Namun, prospek kehadiran Putin di Indonesia ditanggapi dengan ancaman boikot oleh negara-negara barat.

Baca juga: Pasukan AS Umumkan Latih Tentara Ukraina di Jerman

Skenario itu dikhawatirkan bakal menghantui masa kepresidenan Indonesia di G20 dan mencederai reputasi pemerintah Jakarta di mata dunia barat.

Jerman yang banyak dihujani kritik lantaran kedekatannya dengan Rusia, malah bersikap santai terkait undangan bagi Putin.

"Mengucilkan Rusia dari G20 memerlukan dukungan semua 19 negara anggota,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, awal pekan ini.

Adapun Kanselir Jerman Olaf Scholz tidak menutup kemungkinan duduk bersama Putin selama KTT G20. "Kami akan memutuskan perkara ini pada waktunya nanti,” kata dia kepada media-media Jerman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com