KYIV, KOMPAS.com - Pasukan Rusia merebut beberapa desa di Ukraina timur dalam serangan mereka untuk sepenuhnya mengendalikan Donbas, kata Kyiv.
Sementara itu, Moskwa melaporkan ledakan di sisi perbatasannya dan kekhawatiran meningkat bahwa perang mungkin meluas ke negara tetangga Moldova.
Kementerian pertahanan Ukraina mengatakan pada Rabu (27/4/2022) bahwa pasukan Rusia telah mendorong tentara Kyiv keluar dari Velyka Komyshuvakha dan Zavody, di wilayah timur laut Kharkiv, dan menguasai Zarichne dan Novotoshkivske di Donetsk.
Kremlin mengatakan bulan ini pihaknya menarik pasukannya dari sekitar Kyiv untuk fokus merebut republik Donetsk dan Luhansk, yang memproklamirkan diri di Donbas, yang telah dikendalikan oleh separatis pro-Rusia sejak 2014.
Vladimir Putin juga kembali menyampaikan tantangan dan bersumpah bahwa Rusia akan mencapai tujuan militernya.
“Semua tugas operasi militer khusus yang kami lakukan di Donbas dan Ukraina, yang diluncurkan pada 24 Februari, akan terpenuhi tanpa syarat,” kata presiden Rusia itu kepada parlemen di Moskwa pada Rabu (27/4/2022) sebagaimana dilansir Guardian.
Pavlo Kyrylenko, gubernur wilayah Donetsk di Donbas, mengatakan di aplikasi perpesanan Telegram bahwa pasukan Rusia "terus menembaki warga sipil dengan sengaja dan menghancurkan infrastruktur penting".
Di tempat lain, Kementerian dalam negeri wilayah Transnistria pro-Rusia yang memisahkan diri dari Moldova, yang berbatasan dengan Ukraina barat, mengatakan pada Rabu (27/4/2022) bahwa tembakan dilepaskan semalam dari wilayah Ukraina menuju sebuah desa yang menampung gudang amunisi besar Rusia.
Kementerian juga mengatakan drone diamati di atas desa, dan mengeklaim mereka juga diluncurkan dari Ukraina.
Pernyataan itu muncul setelah serangkaian ledakan di wilayah tidak dikenal, yang oleh pihak berwenang di sana disebut sebagai serangan teroris.
Kementerian luar negeri Rusia menolak mengesampingkan masalah Transnistria - yang diduduki oleh pasukan Rusia selama beberapa dekade - ditarik ke dalam perang.
Moskwa mengatakan "prihatin" oleh ledakan yang menargetkan kementerian keamanan negara, menara radio dan unit militer.
Tidak jelas siapa yang berada di balik ledakan di Transnistria, tetapi serangan itu menimbulkan kekhawatiran internasional bahwa Moldova bisa menjadi target Rusia berikutnya, atau bahwa Moskwa dapat mencoba menggunakan wilayah yang memisahkan diri itu sebagai titik peluncuran lain untuk menyerang Ukraina.
Wakil menteri pertahanan Ukraina, Hanna Malyar, pada Rabu (27/4/2022) menuduh Rusia bersiap menggunakan Transnistria sebagai jembatan.
Sementara presiden Volodymyr Zelenskiy mengeklaim "layanan khusus" Rusia sedang bekerja untuk "menggoyahkan situasi".