Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia: Eropa Tak Akan Bisa Bertahan Lebih dari Sepekan Tanpa Gas Moskwa

Kompas.com - 25/04/2022, 13:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia berseru, Eropa tidak akan bisa melewati waktu sepekan tanpa gas dari Rusia.

“Kami menghargai konsistensi dan integritas mitra Eropa kami. Apalagi mengingat fakta bahwa, menurut data IMF baru-baru ini, Eropa akan bisa hidup tanpa gas kami tidak lebih dari 6 bulan. Tapi berbicara serius, mereka bahkan tidak akan bertahan seminggu,” ungkap dia, Jumat (22/4/2022).

Dilansir dari Russia Today (RT), Medvedev mengungkapkan pandangannya tersebut lewat posting Telegram.

Baca juga: Mantan Presiden Rusia: Sanksi Barat Tak Akan Pengaruhi Kremlin

Dia mengomentari pernyataan Komisi Eropa bahwa mungkin ada cara untuk membayar gas Rusia dalam rubel tanpa melanggar sanksi.

Menurut Direktur Departemen Eropa di IMF, Alfred Kammer, jika pasokan gas Rusia dihentikan, Eropa dapat mengelola dampaknya selama enam bulan berkat pasokan alternatif dan menggunakan penyimpanan yang ada.

"Namun, jika pemadaman gas itu berlangsung hingga musim dingin, dan dalam jangka waktu yang lebih lama, maka itu akan berdampak signifikan," katanya, Jumat.

Pada Kamis (21/4/2022), Diplomat Tinggi Uni Eropa Josep Borrel menyatakan, bahwa Brussels telah gagal mencapai konsensus tentang larangan penuh impor minyak dan gas Rusia.

Tetapi, dia menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan akan dicapai dalam waktu dekat.

Pada awal April, UE mengumumkan bahwa para anggotanya telah menyetujui embargo batubara Rusia yang diperkirakan bernilai 4 miliar Euro per tahun, yang akan berlaku pada Agustus.

Baca juga: Mantan Presiden Rusia Sebut Moskwa Tak Lagi Butuh Hubungan Diplomatik dengan Barat

Rusia diketahui telah menyerang Ukraina pada akhir Februari.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Di sisi lain, Kyiv menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali Donetsk dan Luhansk yang diakui merdeka oleh Moskwa dengan paksa.

Barat menanggapi serangan Rusia di Ukraina dengan sanksi keras, yang mencakup berbagai sektor ekonomi Rusia.

Moskwa tidak tinggal diam. Rusia menganggap langkah-langkah ini sebagai "tindakan tidak bersahabat" dan telah menanggapi dengan sanksi balasannya sendiri.

Baca juga: Mantan Presiden Ukraina Turun ke Jalan dengan AK-47, Siap Bertempur Bersama Warga Sipil

Di tengah serangan Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina, UE sedang mendiskusikan paket sanksi baru keenam terhadap Moskwa, yang dilaporkan mungkin mencakup beberapa pembatasan impor minyak dan gas dari Rusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com