SHANGHAI, KOMPAS.com - Setidaknya setara dengan 40 persen penopang produk domestik bruto China diperkirakan berada di bawah beberapa bentuk penguncian (lockdown Covid-19) selama dua minggu lebih.
Di Shanghai, kota metropolis yang terkenal dengan hiruk pikuknya dan kadang-kadang disebut “Paris dari timur”, rasa putus asa menumpuk di antara 25 juta penduduknya.
Baca juga: Frustasi atas Lockdown Shanghai, Warga Protes Ramai-ramai Berdiri di Balkon Berteriak-teriak
Kekurangan pangan memaksa beberapa penduduk melakukan barter.
Gelombang kritik terhadap tanggapan pihak berwenang atas krisis, telah membuat sensor internet China yang biasanya efisien tidak lagi mampu membendung aspirasi.
Secara online, banyak warga tidak hanya mempertanyakan cara penanganan wabah, tetapi juga narasi resmi Beijing, yang menekankan kebaikan bersama.
Rekaman protes lokal telah diunggah ke media sosial China. Mereka telah diturunkan oleh sensor, tetapi muncul kembali di platform barat seperti Twitter dan Facebook – keduanya diblokir di China.
“Setiap hari ada insiden yang menghancurkan penghasilan seseorang,” tulis seorang penduduk Shanghai minggu lalu dalam artikel Weibo yang beredar luas berjudul “Kesabaran Shanghai Telah Mencapai Batas”, dilansir dari Guardian pada Minggu (17/4/2022).
Baca juga: Shanghai Siapkan 130.000 Tempat Tidur Covid-19, Xi Jinping Tetap Puji Penanganan Wabah China
Sebuah rekaman percakapan antara Yu Wenming, seorang pria berusia 82 tahun di Shanghai, yang menelepon komite perumahan setempat untuk meminta bantuan menjadi viral di WeChat, sebelum sensor China menghapusnya.
“Saya sudah menghabiskan obat-obatan saya. Saya juga tidak punya apa-apa untuk dimakan. Saya merasa tidak enak badan,” kata Yu yang memiliki hasil tes positif Covid, saat berbicara kepada sekretaris partai, Zhang Zhen.
Zhang menanggapi dengan kata-kata kasar yang marah, mengeluh bahwa dia juga benar-benar tidak berdaya dalam situasi ini: “Saya juga khawatir. Saya juga marah ... Tapi tidak ada yang bisa kami lakukan ... Saya juga tidak tahu harus berbuat apa.”
Zhang mengungkapkan bahwa panggilan untuk bantuan menumpuk dalam beberapa hari terakhir. Tapi atasannya tidak mengatasi masalah itu.
Baca juga: Tes Covid-19 Massal 26 Juta Orang di Shanghai, China Kerahkan Ribuan Personel Militer
How angry netizens test China's 'Great Firewall' amid Shanghai lockdownhttps://t.co/wlLKAlpdCR pic.twitter.com/R3H8QMTKsv
— BBC News (World) (@BBCWorld) April 15, 2022
Ketidakpuasan yang terus ditunjukkan warga memaksa pihak berwenang mengeluarkan sinyal akan adanya perubahan kebijakan dalam penanganan Covid-19 China.
Ada lagi kisah menyedihkan tentang pejabat yang kelelahan telah banyak dibaca secara online dalam beberapa hari terakhir.
Salah satunya tentang petugas kesehatan masyarakat setempat berusia 55 tahun, Qian Wenxiong, yang dikatakan telah bunuh diri di kantornya karena tekanan yang dialaminya.
Pihak berwenang mengonfirmasi dia telah meninggal pada Kamis (14/4/2022). Polisi tidak menyangkal rumor penyebab kematiannya.