Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Yakuza Jepang Takeshi Ebisawa Ditahan di AS, Dituduh Coba Selundupkan Rudal dan Narkoba

Kompas.com - 09/04/2022, 15:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) menangkap seorang bos yakuza Jepang dan tiga pria Thailand, dengan tuduhan penyelundupan heroin dan metamfetamin, dan berusaha memperoleh rudal AS untuk kelompok bersenjata di Myanmar dan Sri Lanka.

Takeshi Ebisawa, Sompak Rukrasaranee, Somphob Singhasiri dan Suksan Jullanan ditangkap di New York pada Senin (4/4/2022) dan Selasa (5/4/2022) atas perdagangan narkoba dan senjata serta tuduhan pencucian uang, kata Kementerian Kehakiman AS.

Baca juga: Sistem Pertahanan Rudal Israel Siap Dipasarkan ke Eropa, Jerman Akan Beli Arrow-3

"Narkoba itu ditujukan untuk jalan-jalan New York, dan pengiriman senjata dimaksudkan untuk faksi-faksi di negara-negara yang tidak stabil," kata Damian Williams, pengacara AS untuk distrik selatan New York dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir Al Jazeera pada Jumar (8/4/2022).

“Anggota sindikat kejahatan internasional ini tidak bisa lagi membahayakan nyawa.”

Orang-orang itu telah diselidiki oleh agen Administrasi Penegakan Narkoba AS di Thailand setidaknya sejak 2019.

Mereka dituduh mengatur penjualan sejumlah besar heroin dan metamfetamin kepada agen rahasia dari United Wa State Army (UWSA), sebuah kelompok etnis bersenjata di daerah perbatasan Myanmar dengan China.

Ebisawa berencana membeli senjata otomatis, roket, senapan mesin dan rudal permukaan-ke-udara untuk UWSA, serta dua kelompok bersenjata lainnya di Myanmar, Persatuan Nasional Karen dan Tentara Negara Bagian Shan.

Baca juga: Biden dan AUKUS Umumkan Kembangkan Rudal Hipersonik

Militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta pada Februari 2021 dan memerangi tidak hanya pejuang bersenjata di daerah perbatasan di mana konflik bergemuruh selama bertahun-tahun, tetapi juga dari apa yang disebut Pasukan Pertahanan Rakyat.

Kelompok itu didirikan oleh warga sipil yang menerima pelatihan dasar dan dukungan dari kelompok etnis bersenjata.

Menurut AS, bos kejahatan terorganisir itu juga berusaha membeli senjata untuk Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) Sri Lanka. Organisasi yang dikenal sebagai Macan Tamil ini pernah menguasai bagian utara dan timur Sri Lanka tapi kalah pada 2009 dan para pemimpinnya tewas.

Pada 3 Februari tahun lalu, Ebisawa yang berusia 57 tahun dan seorang rekannya melakukan perjalanan ke Kopenhagen.Di sana, agen badan narkoba AS (DEA) yang menyamar dan dua petugas polisi Denmark yang menyamar menunjukkan serangkaian senjata militer AS yang seolah-olah untuk dijual, termasuk senapan mesin dan roket anti-tank kepada mereka.

Baca juga: Seoul: Peluncuran Rudal Monster Hwasong-17 Korea Utara Palsu, Hanya Propaganda

Lembar dakwaan dari Kementerian Kehakiman AS menyertakan foto Ebisawa, berkacamata dan mengenakan mantel kulit cokelat, dengan peluncur roket bertengger di bahunya, selama pertemuan itu.

Mereka juga menunjukkan foto Ebisawa dan video rudal Stinger yang digunakan untuk menargetkan pesawat.

"Kami menuduh Ebisawa dan rekan konspiratornya menengahi kesepakatan dengan agen DEA yang menyamar untuk membeli persenjataan berat dan menjual obat-obatan terlarang dalam jumlah besar," kata Kementerian Kehakiman.

Menurut dakwaan, Ebisawa mengaku kepada agen DEA yang menyamar, bahwa Jullanan (kewarganegaraan ganda AS-Thailand) adalah seorang jenderal angkatan udara Thailand. Sementara Rukrasaranee adalah seorang pensiunan perwira militer Thailand.

Kementerian Kehakiman AS tidak menjelaskan bagaimana keempat pria itu bisa berada di AS. Tuduhan perdagangan dan senjata mengancamnya dnegan hukuman maksimum penjara seumur hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com