Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Protes Pecah di Seluruh Negeri, Sri Lanka Umumkan Kondisi Darurat Nasional

Kompas.com - 02/04/2022, 15:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

COLOMBO, KOMPAS.com - Presiden Sri Lanka telah mengumumkan kondisi darurat nasional, sehari setelah ratusan orang mencoba menyerbu rumahnya, dalam kemarahan atas krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa memberlakukan undang-undang yang keras pada Jumat (1/4/2022), ketika demonstrasi yang menyerukan pengunduran dirinya menyebar ke seluruh negara Asia Selatan itu.

Baca juga: Sri Lanka Lockdown Nasional 36 Jam Menyusul Rencana Protes Besar karena Parahnya Krisis

Penerapan Kondisi Darurat Nasional memungkinkan militer untuk menangkap dan memenjarakan tersangka untuk waktu yang lama, tanpa pengadilan.

Dalam pernyataannya Rajapaksa berdalih undang-undang itu diterapkan untuk "perlindungan ketertiban umum dan pemeliharaan persediaan dan layanan, yang penting bagi kehidupan masyarakat.

Negara berpenduduk 22 juta itu menghadapi kekurangan bahan pokok yang parah, kenaikan harga yang tajam dan pemadaman listrik yang melumpuhkan hingga 13 jam, dalam krisis paling menyakitkan sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 1948.

Polisi memberlakukan kembali jam malam pada Jumat (1/4/2022) di Provinsi Barat, yang meliputi ibu kota Colombo, dan memperluas zona larangan bepergian dari malam sebelumnya.

Baca juga: Pemerintah Sri Lanka Minta Warga Bersiap Pemadaman Listrik Bisa 13 Jam Sehari Sampai Mei

Sebelumnya pada malam hari, puluhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) membawa plakat tulisan tangan dan lampu minyak di ibu kota saat berdemonstrasi di persimpangan jalan yang ramai.

“Saatnya Rajapaksas untuk mundur,” kata salah satu plakat. "Jangan korupsi lagi, pergi Gota," kata yang lain merujuk pada Presiden Sri Lanka dilansir dari Al Jazeera.

Di kota dataran tinggi Nuwara Eliya, para aktivis memblokir pembukaan pameran bunga oleh istri Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, Shiranthi, menurut polisi.

Kota-kota selatan Galle, Matara dan Moratuwa juga menyaksikan protes anti-pemerintah, dan demonstrasi serupa dilaporkan di wilayah utara dan tengah. Semua aksi unjuk rasa menahan lalu lintas di jalan-jalan utama.

Kerusuhan Kamis (31/3/2022) malam di luar rumah pribadi presiden dilakukan oleh ratusan orang yang menuntut dia mundur.

Polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air untuk menghalau massa.

Baca juga: Sri Lanka Krisis Kertas, Koran Setop Cetak, Paper Test Sekolah Dibatalkan

Unjuk rasa kemudian berubah menjadi kekerasan, dengan massa membakar dua bus militer, sebuah jip polisi, dua sepeda motor patroli dan sebuah kendaraan roda tiga. Mereka juga melempari petugas dengan batu bata.

Setidaknya dua pengunjuk rasa terluka. Polisi mengatakan 53 pengunjuk rasa ditangkap, tetapi organisasi media lokal mengatakan lima fotografer berita juga ditahan dan disiksa di kantor polisi setempat, tuduhan yang menurut pemerintah akan diselidiki.

Kegagalan intelijen

Dua menteri Sri Lanka mengatakan kegagalan besar intelijen telah menempatkan nyawa presiden dan istrinya dalam bahaya pada Kamis (31/3/2022).

Halaman:
Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com