Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Siap Sediakan Koridor Kemanusiaan bagi Pengungsi di 5 Kota Ukraina

Kompas.com - 09/03/2022, 16:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

KYIV, KOMPAS.com - Rusia mengatakan siap untuk menyediakan koridor kemanusiaan pada Rabu (8/3/2022) bagi orang-orang yang melarikan diri dari Kyiv dan empat kota Ukraina lainnya.

Sejauh ini, jumlah pengungsi yang diciptakan oleh serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia II ini melampaui 2 juta jiwa.

Dilansir Reuters, Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia, seperti dikutip oleh kantor berita Tass, menyebut bahwa pasukan Rusia akan "mengamati rezim yang diam" mulai pukul 10 pagi waktu Moskow (0700 GMT).

Ini untuk memastikan perjalanan yang aman bagi warga sipil yang ingin meninggalkan Kyiv, Chernihiv, Sumy, Kharkiv dan Mariupol.

Baca juga: NATO Tegaskan Perang Rusia Tak Boleh Menyebar ke Luar Ukraina

Tidak jelas apakah rute yang diusulkan akan melewati Rusia atau Belarus, rute yang sebelumnya ditentang pemerintah Ukraina.

Warga sipil melarikan diri dari kota Sumy yang terkepung pada hari Selasa (7/3/2022) di "koridor kemanusiaan" pertama yang berhasil dibuka sejak invasi Rusia.

Tapi Ukraina menuduh pasukan Rusia menembaki rute evakuasi lain, yakni Mariupol di selatan negara itu.

Di sisi lain, Amerika Serikat melarang impor minyak Rusia sebagai langkah besar baru dalam upaya yang dipimpin Barat untuk menghentikan perang.

AS berusaha melumpuhkan ekonomi Rusia, memicu kenaikan lebih lanjut dalam harga minyak.

Harga telah melonjak lebih dari 30 persen sejak Rusia, pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia, menginvasi negara tetangganya pada 24 Februari 2022.

Baca juga: Mayoritas Rakyat AS Setuju Setop Impor Minyak Rusia

"Rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat pada mesin perang Putin," kata Presiden AS Joe Biden.

Inggris juga mengatakan akan menghentikan impor minyak dan produk minyak Rusia pada akhir 2022, sementara Uni Eropa menerbitkan rencana untuk mengurangi ketergantungannya pada gas Rusia hingga dua pertiga tahun ini.

Sementara itu, Kremlin masih menggambarkan tindakannya sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan menggulingkan para pemimpin yang disebutnya neo-Nazi.

Ukraina dan sekutu Barat menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang yang telah menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa.

Baca juga: Mariupol Dikepung Tentara Rusia, Gadis 6 Tahun Tewas Sendirian karena Dehidrasi

Penolakan China untuk mengutuk invasi atau bergabung dengan sanksi internasional juga meningkatkan kekhawatiran di ibu kota Barat tentang potensi serangan yang lebih luas terhadap nilai-nilai demokrasi liberal secara global.

Presiden China Xi Jinping menggambarkan situasi di Ukraina sebagai mengkhawatirkan dan menyerukan "pengekangan maksimum".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com