Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Arab Saudi dan UEA Tolak Telepon dari Biden yang Ketar-ketir Soal Harga Minyak

Kompas.com - 09/03/2022, 11:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Para pemimpin de-facto Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) telah menolak untuk menjadwalkan komunikasi telpon dengan presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam beberapa pekan terakhir, saat AS dan sekutunya berusaha menahan lonjakan harga energi yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Menurut Wall Street Journal, mengutip pejabat Timur Tengah dan AS, baik Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dan Sheikh Mohammed bin Zayed al Nahyan dari UEA, tidak tersedia untuk Biden saat AS membuat permintaan untuk diskusi.

Baca juga: AS Tak Akan Paksa Sekutu untuk Ikut Setop Impor Minyak dari Rusia

“Ada beberapa harapan dari panggilan telepon, tetapi itu tidak terjadi,” kata seorang pejabat AS tentang rencana Pangeran Saudi Mohammed dan Biden untuk berbicara.

“Itu adalah bagian dari menyalakan keran (minyak Saudi).”

Pekan lalu, OPEC+, yang mencakup Rusia, menolak meningkatkan produksi minyak meskipun ada permintaan dari barat.

Tetapi laporan dinginnya komunikasi datang ketika pemerintahan Biden berusaha meningkatkan pasokan minyak, setelah secara resmi melarang impor minyak Rusia pada Selasa (8/3/2022).

Keputusan terbaru Biden sebagai tanggapan atas serangan Rusia ke Ukraina mendorong harga minyak ke 130 dollar AS (Rp 1,8 juta) per barel, level tertinggi dalam 14 tahun.

Hubungan antara AS dan Arab Saudi telah mendingin selama pemerintahan Biden karena kebijakan Amerika di kawasan Teluk.

Baca juga: AS Tolak Gagasan Polandia Kirim Jet Tempur untuk Ukraina Lewat Pangkalannya di Jerman

Isu keduanya termasuk soal kebangkitan kesepakatan nuklir Iran; kurangnya dukungan AS untuk intervensi Saudi dalam perang saudara Yaman dan penolakannya untuk menambahkan Houthi ke daftar kelompok terorisnya.

AS sementara itu membantu program nuklir sipil Saudi; dan memberi kekebalan hukum bagi Pangeran Mohammed, yang menghadapi tuntutan hukum atas pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi oleh tim pembunuh Saudi di konsulatnya di Istanbul empat tahun lalu.

Ada pun selama kampanye pemilihan Biden, dia bersumpah memperlakukan kerajaan itu sebagai negara “paria”. Dia mengatakan “ada sedikit nilai penebusan sosial dalam pemerintahan saat ini di Arab Saudi.”

Awal pekan ini, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan tidak ada rencana bagi Biden dan Pangeran Mohammed untuk segera berbicara. Presiden AS juga tidak berencana melakukan perjalanan ke Riyadh.

Baca juga: AS Khawatir Rusia Ingin Rebut Bahan Penelitian Biologis di Ukraina untuk Keperluan Senjata

Yousef Al Otaiba, duta besar UEA untuk AS, mengonfirmasi hubungan yang tegang antara kedua negara.

“Hari ini, kami menghadapi tes stres, tetapi saya yakin kami akan keluar dari sana dan mencapai tempat yang lebih baik,” prediksi Al Otaiba sebagaimana dilansir Guardian pada Rabu (9/3/2022).

Kedua negara Teluk itu dianggap sebagai satu-satunya pemasok global yang memiliki kapasitas untuk memompa lebih banyak minyak untuk mengurangi lonjakan harga.

Pejabat senior AS dengan dewan keamanan nasional dan departemen luar negeri, telah melaporkan perjalanan ke Riyadh dan Abu Dhabi dalam beberapa pekan terakhir sebagai perwakilan langsung AS.

The Journal, bagaimanapun, melaporkan bahwa Biden telah berbicara dengan ayah Pangeran Mohammed yang berusia 86 tahun, Raja Salman, pada 9 Februari.

Dalam panggilan tersebut, mereka menegaskan kemitraan strategis dan ekonomi negara mereka. Kementerian luar negeri UEA mengatakan panggilan Biden dan Sheikh Mohammed akan dijadwal ulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Guardian
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com