Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Pengawas Nuklir PBB Berkunjung ke Teheran, Bisa Jadi Kunci Kesepakatan Nuklir Iran

Kompas.com - 05/03/2022, 16:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber AFP

TEHERAN, KOMPAS.com - Kepala pengawas nuklir PBB mengadakan pembicaraan tingkat tinggi di Teheran pada Sabtu (5/3/2022).

Ini dipandang penting dalam upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia.

Dillansir AFP, kunjungan kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dilakukan setelah Inggris, salah satu pihak yang melakukan pembicaraan paralel mengenai kesepakatan di Wina, mengindikasikan bahwa kesepakatan sudah dekat.

Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Salahkan AS dan Sekutu Barat atas Krisis Ukraina

Kesepakatan itu telah digantung sejak penarikan sepihak Amerika Serikat pada 2018 di bawah presiden saat itu, Donald Trump.

"Ini adalah saat yang kritis, tetapi hasil positif bagi semua orang mungkin terjadi," cuit direktur jenderal IAEA yang berbasis di Wina pada hari Jumat (4/3/2022) sebelum terbang ke Iran.

Grossi mengadakan pembicaraan pada hari Sabtu dengan Mohammed Eslami, presiden Organisasi Tenaga Atom Iran, dilakukan menjelang pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, kata kantor berita IRNA.

Kesepakatan nuklir 2015 bertujuan untuk menjamin bahwa Teheran tidak dapat mengembangkan senjata nuklir, sesuatu yang selalu disangkal ingin dilakukan.

Baca juga: Iran Kembalikan Sumbangan Vaksin Covid-19 karena Diproduksi di AS

Beberapa hari ke depan secara luas dilihat sebagai titik kritis negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan atau JCPOA.

Pembicaraan yang sedang berlangsung di ibu kota Austria untuk memulihkan perjanjian melibatkan Iran serta Inggris, Cina, Perancis, Jerman, serta Rusia dan AS secara tidak langsung.

Grossi berjanji minggu ini bahwa IAEA "tidak akan pernah mengabaikan" upayanya untuk membuat Iran mengklarifikasi keberadaan bahan nuklir di masa lalu di beberapa situs yang tidak diumumkan.

Iran mengatakan penutupan penyelidikan diperlukan untuk mencapai kesepakatan.

Behrouz Kamalvandi, wakil kepala badan atom Iran, mengatakan di televisi bahwa dia berharap Iran akan mencapai kesepakatan dengan IAEA selama kunjungan Grossi.

Baca juga: Iran Sebut Ada Kemajuan Signifikan dalam Negosiasi Nuklirnya

JCPOA pun memberikan keringanan sanksi kepada Iran sebagai imbalan atas pembatasan ketat pada program nuklirnya.

Keputusan Trump untuk menarik diri darinya pada 2018 diikuti oleh pengenaan sanksi AS yang melumpuhkan terhadap Iran, mendorong republik Islam itu untuk mulai mengabaikan batasan aktivitas nuklirnya.

Hari-hari mendatang dianggap penting oleh Barat karena tingkat kemajuan nuklir Iran.

Baca juga: Iran Ungkap Rudal Terbaru, Mampu Jangkau Israel, Dinamakan Kheibar Shekan

Cadangan uranium yang diperkaya kini telah mencapai lebih dari 15 kali batas yang ditetapkan dalam kesepakatan 2015, kata IAEA pekan ini.

Beberapa pengamat percaya Barat dapat meninggalkan meja perundingan dan menganggap kesepakatan itu gagal jika kompromi tidak tercapai akhir pekan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com