ANKARA, KOMPAS.com - Turki telah memblokir kapal perang melewati selat utama Bosphorus dan Dardanelles dalam upaya untuk mengurangi eskalasi krisis atas invasi Rusia ke Ukraina.
Langkah itu dilakukan pada Senin (28/2/2022) setelah Keiv meminta Ankara untuk mengaktifkan pakta internasional berusia 90 tahun dan mencegah transit kapal perang Rusia dari Mediterania ke Laut Hitam.
Baca juga: Rusia Putus Listrik di Mariupol, Kota Strategis Ukraina Dekat Crimea
Selat Bosphorous dan Dardanelles menghubungkan Laut Aegea, Marmara, dan Laut Hitam, dari mana Rusia melancarkan serangan di pantai selatan Ukraina.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada Senin (28/2/2022) bahwa Ankara mengaktifkan Konvensi Montreux dan memperingatkan negara-negara di sekitar Laut Hitam dan non-Laut Hitam agar kapal perang mereka tidak melalui perairan Turki.
Pakta 1936 tersebut memberi Turki hak untuk melarang kapal perang menggunakan Dardanelles dan Bosporus selama masa perang.
“Kami telah memperingatkan kedua negara di kawasan itu dan di tempat lain untuk tidak menggunakan kapal perang melalui Laut Hitam,” kata Cavusoglu sebagaimana dilansir Al Jazeera.
“Kami menerapkan Konvensi Montreux.”
View this post on Instagram
Baca juga: Rusia Sebut Akan Terus Serang Ukraina Sampai Semua Tujuannya Ini Tercapai
Tidak jelas seberapa besar dampak keputusan Turki untuk menutup selat terhadap konflik Rusia-Ukraina.
Namun, setidaknya enam kapal perang Rusia dan sebuah kapal selam telah transit di selat Turki bulan ini.
Pengumuman Cavusoglu datang tak lama setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pemerintahnya akan menggunakan "otoritas yang diberikan kepada negara kita oleh Konvensi Montreux mengenai lalu lintas maritim di selat dengan cara yang akan mencegah krisis terus memanas".
Dia menegaskan bahwa Turki tidak akan menyerah pada hubungannya dengan Rusia atau Ukraina.
“Kami tidak akan mengkompromikan kepentingan nasional kami,” katanya, “tetapi kami tidak akan mengabaikan keseimbangan regional dan global. Kami mengatakan bahwa kami tidak akan menyerah baik untuk Ukraina maupun Rusia.”
Baca juga: Rusia Sebut Akan Terus Serang Ukraina Sampai Semua Tujuannya Ini Tercapai
Sebagai anggota NATO, Turki telah berusaha menyeimbangkan komitmen Barat serta hubungan dekatnya dengan Moskwa. Sampai Minggu (27/2/2022), Turki belum menggambarkan situasi di Ukraina sebagai perang.
Erdogan pada Senin (28/2/2022) mengatakan dia menganggap "serangan Rusia di wilayah Ukraina tidak dapat diterima" dan menyerukan negosiasi dengan itikad baik dari semua pihak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.