INVASI oleh Rusia ke Ukraina adalah puncak ketegangan yang sudah mencuat sejak paruh akhir 2021 lalu.
Pada Desember 2021, Rusia mengejutkan publik dengan memobilisasi pasukannya di perbatasan dengan Ukraina.
Langkah ini merupakan manuver terbesar yang dilakukan oleh Rusia setelah terlibat dalam aneksasi wilayah Krimea tahun 2014.
Ketika serangan itu akhirnya terjadi pada 24 Februari 2022, kita wajib melihat kembali kronologi kejadian yang mengawali serangan ini untuk melihat bangunan konflik secara lebih luas.
Langkah yang diambil Rusia pada Desember 2021, serentak memicu respons dari para rivalnya.
Pada Januari 2022, Ukraina mendapatkan bantuan senjata dari Amerika Serikat dan negara-negara NATO sebagai antisipasi jika Rusia menyerang (Reuters, 2022).
Tindakan ini langsung dibalas telak oleh Rusia dengan mengadakan latihan militer di Belarusia, sekutu terdekat Rusia sekaligus tetangga terdekat Ukraina pada 10 Februari 2022.
Empat hari kemudian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak mau kalah dengan menyatakan bahwa negaranya akan tetap melanjutkan pembentukan aliansi militer dengan NATO di tengah-tengah ancaman Rusia.
Bulan Februari sungguh merupakan bulan yang “panas” bagi Rusia dan Ukraina.
Pada 21 Februari 2022, tepat seminggu setelah pernyataan keras dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Vladimir Putin menegaskan nyalinya dengan mengakui kedaulatan dua wilayah Ukraina yang pro-Rusia, yaitu Donetsk dan Luhansk.
Pada hari yang sama, Putin mulai mengirimkan pasukan untuk ‘mengamankan’ kedua wilayah tersebut.
Tak mau kalah gertak, Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya bereaksi dengan mengumumkan serangkaian sanksi ekonomi keras terhadap Rusia pada 22 Februari 2022.
Putin agaknya tidak ambil pusing dengan sanksi tersebut. Apalagi, China sebagai mitra dekat Rusia saat ini menyatakan siap membantu untuk meringankan efek dari sanksi ekonomi AS dan sekutunya.
Pihak Ukraina nampaknya menangkap sinyal-sinyal ini dengan menetapkan kondisi darurat (state of emergency) di seluruh penjuru negara pada 23 Februari.
Pada hari yang sama, kelompok separatis di Donetsk dan Luhansk meminta pertolongan Putin atas ancaman dari militer Ukraina.
Puncaknya, pada tanggal 24 Februari 2022, Rusia resmi memulai kampanye militernya di Ukraina.
Dari kronologi tersebut, kita dapat melihat bahwa invasi Rusia ke Ukraina merupakan puncak dari piramida ketegangan yang ditandai oleh serangkaian tindakan berbalasan (counter measures) antara Rusia, Ukraina, AS (beserta NATO dan sekutu-sekutu lainnya), serta China.
Dalam situasi ini, masing-masing pihak berupaya untuk menandingi ancaman dan gertakan dari lawannya dengan skala yang kurang lebih sama.
Pertanyaan selanjutnya mengemuka: apakah eskalasi konflik ini masih akan meningkat, bahkan hingga mencapai level Perang Dunia Ketiga?
Potensi menuju skenario terburuk ini tentu saja ada. Banyak pihak khawatir bahwa penyerangan ke Ukraina yang merupakan puncak dari piramida sebelumnya, akan menjadi pondasi bagi piramida ketegangan baru yang berakhir pada Perang Dunia Ketiga.
Namun, sebelum sampai pada kesimpulan tersebut, kita harus melihatnya dalam konteks pendekatan eskalasi konflik.