Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agen Rahasia Israel Diduga Sudah Menyusup ke Pejabat-pejabat Tinggi Iran

Kompas.com - 08/02/2022, 22:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

KOMPAS.com - Pada November 2020, sebuah iring-iringan kendaraan membawa Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir Iran paling terkemuka, mendapat serangan hebat. Ia tewas akibat senapan mesin dengan kecerdasan buatan (AO) yang dikendalikan dari jarak jauh.

Senapan itu menembakkan peluru dengan cara menganalisa target yang bergerak dan dituju, tanpa ada korban sipil lainnya. Serangan tersebut disinyalir adalah operasi intelijen dalam waktu nyata (real-time) di lapangan.

Setelah pembunuhan itu, Menteri Intelijen Iran, Mahmoud Alavi, mengeklaim bahwa dua bulan sebelumnya dia sudah memperingatkan pasukan keamanan, bahwa akan ada pembunuhan yang menargetkan Fakhrizadeh tepat di lokasi di mana ia dibunuh.

Baca juga: Tatkala George W Bush Gambarkan Irak, Iran dan Korea Utara sebagai Axis of Evil

Dalang pembunuhan dirahasiakan

Alavi mengatakan orang yang merencanakan pembunuhan tersebut merupakan "anggota angkatan bersenjata. Kita tak bisa melakukan operasi intelijen terhadap angkatan bersenjata".

Tapi dia secara tidak langsung menyampaikan bahwa tersangka itu adalah anggota Garda Revolusi Iran (IRGC), unit paling khusus militer Iran.

Jika demikian, agen tersebut harus cukup tinggi pangkatnya di IRGC untuk dapat mengabaikan peringatan, dan melaksanakan rencana pembunuhan pada waktu dan lokasi yang ditentukan.
Mohsen Fakhrizadeh juga diketahui sebagai anggota dari IRGC.

Sumber-sumber di dalam bangsal keamanan penjara Evin, Teheran - tempat tahanan bagi mereka yang dituduh sebagai mata-mata untuk negara asing - mengatakan kepada BBC, ada puluhan komandan tinggi IRGC yang ditahan di situ.

Pemerintah Iran tidak mempublikasi nama-nama mereka dan jabatannya untuk menjaga martabat Pengawal Revolusi.

Baca juga: Terungkap Syarat AS ke Iran untuk Bisa Kembali Patuh ke Kesepakatan Nuklir 2015

Seorang mantan perwira intelijen untuk Pasukan Quds IRGC (divisi operasional luar negeri) mengatakan kepada BBC, bahwa lembaga-lembaga asing telah mengumpulkan bukti terhadap sejumlah duta besar Iran dan komandan IRGC.

Dia mengatakan, hal itu termasuk bukti hubungan dengan perempuan, yang kata dia, dapat digunakan untuk memeras para pejabat dan memaksa mereka bekerja sama dengan mata-mata asing.

Mantan Presiden Iran Mahmoud AhmadinejadGETTY IMAGES via BBC INDONESIA Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad

Pencurian dokumen rahasia

Di akhir Januari 2018, di tengah malam, puluhan orang merangsek masuk ke fasilitas gudang nuklir di sebuah kawasan industri, 30 km dari kota Tehran.

Di sana terdapat 32 brankas, tapi mereka tahu mana saja yang berisi materi-materi berharga. Dalam waktu kurang dari tujuh jam, mereka membobol 27 brankas, mengambil setengah ton arsip nuklir rahasia dan pergi tanpa meninggalkan jejak.

Ini merupakan salah satu perampokan paling berani dalam sejarah Iran, tapi para pejabat memilih untuk tetap diam.

Baca juga: Ikut Latihan Bareng Rusia dan Iran, China Terjunkan Kapal Perusak Berpeluru Kendali

Tiga bulan kemudian, dokumen yang dicuri tersebut muncul di Tel Aviv, Israel.

PM Israel saat itu, Benjamin Netanyahu saat itu memamerkan dokumen-dokumen yang dicuri - hasil dari kerja Mossad (agen rahasia Israel). Pejabat Iran pada saat itu menyebutnya sebagai dokumen palsu, dan mereka mengatakan insiden seperti itu tak pernah terjadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com