Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Pria Cenderung Merespons Negatif Ancaman Gender

Kompas.com - 01/02/2022, 13:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber The Hill

KOMPAS.com - Pria jauh lebih mungkin merespons negatif ketika gender mereka ditantang dibanding wanita.

Ini jadi hasil penelitian terbaru. Menunjukkan bahwa penggunaan istilah seperti "maskulinitas beracun" dapat secara tidak sengaja memperluas divisi gender.

Dilansir The Hill, menurut penelitian yang diterbitkan bulan ini di jurnal Organizational Behavior and Human Decision Processes, pria lebih sering terlibat dalam “perilaku menyimpang” seperti berbohong atau mencuri dari tempat kerja mereka ketika status gender mereka terancam.

Baca juga: 3 Rekomendasi Film yang Mengangkat Isu Kesetaraan Gender

Ancaman gender terjadi saat seseorang terancam oleh kemungkinan bertindak seperti lawan jenis, dan ini paling umum terjadi di antara pria.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa ketika pria percaya bahwa kejantanan mereka dalam bahaya, mereka cenderung merespons secara negatif.

Mereka biasanya mencoba bersaing dengan orang lain untuk menegaskan kembali maskulinitas mereka.

“Publik berhak menyebut perusahaan di mana budaya seperti persaudaraan telah menciptakan tempat yang buruk bagi karyawan wanita untuk bekerja,” Keith Leavitt, seorang profesor di Oregon State University dan penulis utama studi tersebut.

Baca juga: Sri Mulyani: Butuh Hampir 100 Tahun untuk Menutup Gender Gap

“Penelitian ini memberi kita pemahaman yang lebih bernuansa tentang apa yang sebenarnya memicu beberapa perilaku bermasalah di kalangan pria ini,” tambahnya.

Menurut Leavitt dan rekan-rekannya, kejantanan sepanjang waktu telah dipandang sebagai status elit yang harus diperoleh dan dipertahankan.

Sementara kewanitaan secara tradisional dilihat sebagai sesuatu yang jauh lebih stabil.

Perilaku gender di antara pria mencakup ketegasan dan kekuatan individu.

Bagi wanita, perilaku gender cenderung berfokus pada hal-hal seperti kepekaan terhadap orang lain.

Baca juga: Pemberitaan Kekerasan Terhadap Perempuan Perlu Lebih Sensitif Gender

Untuk menguji respons pria terhadap ancaman gender dengan lebih baik, yang juga dikenal sebagai “refleks bukti sosial” di tempat kerja, Leavitt dan rekan penulisnya melakukan serangkaian tes di mana status gender pria dan wanita ditantang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki jauh lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang lebih menyimpang ketika mereka merasa status gender mereka telah diremehkan.

“Penelitian dalam psikologi motivasi secara umum menemukan bahwa orang memiliki tiga kebutuhan utama: merasa mandiri dan terkendali, merasa kompeten dan berhubungan dengan orang lain,” kata Lei “Luke” Zhu, salah satu penulis studi tersebut.

Baca juga: Benarkah Produk Perawatan Kulit Mengenal Gender? Ini Kata dr. Tompi

“Kami menemukan bahwa untuk pria, ancaman gender mengikis rasa otonomi mereka, yang pada gilirannya memotivasi mereka untuk berperilaku dengan cara yang menunjukkan kemandirian mereka dari aturan dan dari orang lain,” ujarnya.

Leavitt mengatakan temuan menunjukkan bahwa perdebatan politik dan sosial seputar maskulinitas tradisional, termasuk penggunaan istilah seperti "maskulinitas beracun" dan "mansplaining," juga bisa memperluas pembagian gender di tempat kerja dengan secara tidak sengaja menciptakan ancaman gender.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Hill
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com