Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muslim di Sri Lanka Dihantui Diskriminasi dan Kekerasan, Dijadikan Musuh Baru Pasca-perang

Kompas.com - 17/01/2022, 15:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

COLOMBO, KOMPAS.com - Selain menjaga anaknya yang masih kecil, hari-hari Maram Khalifa biasanya dilalui dengan mencari cara untuk bisa membawa pulang sang suami.

Hejaaz Hisbullah, seorang pengacara hak asasi manusia yang terkenal di Sri Lanka, telah dijebloskan ke penjara selama sekitar 20 bulan, di bawah peraturan anti-terorisme. Jaksa penuntut menuduhnya melakukan ujaran kebencian dan menyebabkan ketidakharmonisan masyarakat.

Mereka menuduh Hizbullah memberikan pidato di depan pemuda-pemuda Muslim yang menghasut mereka untuk membenci komunitas Kristen.

Baca juga: 20 Gajah di Sri Lanka Mati Setelah Makan Sampah Plastik

Hizbullah, yang berasal dari komunitas Muslim yang merupakan minoritas di negaranya, telah menghabiskan lebih dari setahun di dalam penjara sebelum dakwaan itu dijatuhkan pada April 2021.

Sejak itu, dia tetap berada di penjara. Proses pengadilan rencananya akan digelar akhir bulan ini. Namun istrinya dengan tegas menolak semua tuduhan yang ditujukan pada suaminya.

"Dia sangat vokal, sangat aktif membela hak-hak Muslim dan hak minoritas secara umum," ujar Khalifa kepada BBC.

Tuduhan terhadap suaminya, lanjut dia, adalah pesan bagi siapapun yang ingin berbicara menentang rasisme, menentang diskriminasi.

Hizbullah pertama kali ditangkap karena dugaan keterlibatannya dengan bom bunuh diri pada Minggu Paskah 2019 yang dilakukan oleh Islamis lokal. Lebih dari 260 orang tewas dalam pengeboman yang menargetkan sejumlah hotel mewah dan gereja itu.

Baca juga: Terbangkan Layangan Besar saat Angin Kencang, Pria Sri Lanka Ini Malah Ikut Terbang

Mulanya, dia dituduh memiliki hubungan dengan salah satu pelaku bom. Pengacaranya berkata, jaksa penuntut belakangan mencabut tuduhan itu setelah pembela menyebutkan fakta Hizbullah hanya pernah terlibat dalam dua kasus sipil yang melibatkan perebutan properti untuk ayah pelaku bom tersebut, yang merupakan pedagang rempah terkenal.

Amnesty International tahun lalu menyebut Hizbullah, kritikus vokal pemerintah, ditahan karena hati nuraninya.

Para aktivis berkata penahanan Hizbullah adalah bagian dari kekerasan yang terus berlanjut kepada komunitas minoritas Muslim di Sri Lanka dalam beberapa tahun terakhir.

Konflik etnik terus terjadi di Sri Lanka, di mana Muslim hanya merupakan kurang dari 10 persen jumlahnya dari total 22 juta orang, yang mayoritas beragama Buddha Sinhala.

Padahal, warga Muslim adalah sekutu pemerintah selama perang yang berjalan nyaris tiga dekade dengan pemberontak Macan Tamil, yang menginginkan tanah yang terpisah untuk suku Tamil yang juga merupakan minoritas negara tersebut.

Baca juga: Iran Setuju Sri Lanka Bayar Utang Minyak Rp 3,5 Triliun dengan Teh

Amnesty International menyebut Hejaaz Hizbullah seorang tahanan karena hati nuraninya.BBC INDONESIA Amnesty International menyebut Hejaaz Hizbullah seorang tahanan karena hati nuraninya.

Namun para pemimpin Muslim mengatakan sikap sebagian besar kaum mayoritas Sinhala berubah kepada mereka setelah perang berakhir dan Macan Tamil kalah pada Mei 2009.

Kelompok-kelompok HAM mengatakan, kerusuhan anti-Muslim mulai banyak terjadi, menargetkan rumah-rumah dan tempat bisnis. Aksi oleh massa Sinhala itu bahkan terjadi sebelum serangan Minggu Paskah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Tambah 2 Korban, Total Kematian akibat Suplemen Jepang Jadi 4 Orang

Tambah 2 Korban, Total Kematian akibat Suplemen Jepang Jadi 4 Orang

Global
Sapi Perah di AS Terdeteksi Idap Flu Burung

Sapi Perah di AS Terdeteksi Idap Flu Burung

Global
2 Jasad Korban Runtuhnya Jembatan Francis Scott Ditemukan

2 Jasad Korban Runtuhnya Jembatan Francis Scott Ditemukan

Global
Thailand Menuju Pelegalan Pernikahan Sesama Jenis

Thailand Menuju Pelegalan Pernikahan Sesama Jenis

Internasional
Anak Kecil Tewas Tersedot Pipa Selebar 30-40 Cm Tanpa Pengaman di Kolam Hotel

Anak Kecil Tewas Tersedot Pipa Selebar 30-40 Cm Tanpa Pengaman di Kolam Hotel

Global
Kebijakan Kontroversial Nayib Bukele Atasi Kejahatan di El Salvador

Kebijakan Kontroversial Nayib Bukele Atasi Kejahatan di El Salvador

Internasional
Rangkuman Hari Ke-763 Serangan Rusia ke Ukraina: 2 Agen Rusia Ditangkap | Ukraina-Rusia Saling Serang

Rangkuman Hari Ke-763 Serangan Rusia ke Ukraina: 2 Agen Rusia Ditangkap | Ukraina-Rusia Saling Serang

Global
Kepala Intelijen Rusia ke Korea Utara, Bahas Kerja Sama Keamanan

Kepala Intelijen Rusia ke Korea Utara, Bahas Kerja Sama Keamanan

Global
Pemimpin Hamas: Israel Keras Kepala dan Ingin Perang Terus Berlanjut

Pemimpin Hamas: Israel Keras Kepala dan Ingin Perang Terus Berlanjut

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com