Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vladimir Lenin dan Perannya Mendirikan Uni Soviet

Kompas.com - 30/12/2021, 13:43 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Vladimir Ilyich Ulyanov, yang dikenal juga dengan nama Vladimir Lenin, bukan nama yang main-main.

Dia adalah pendiri Partai Komunis Rusia sekaligus penggerak Revolusi Bolshevik pada 1917.

Dilansir Britannica, Lenin kemudian menjabat sebagai Kepala Negara Soviet Rusia sebelum berubah nama menjadi Uni Soviet pada November 1917.

Baca juga: Mengunjungi Mausoleum Lapangan Merah, Tempat Mumi Vladimir Lenin

Pria kelahiran 22 April 1870 ini amat memuja revolusi politik.

Lenin menjadi sosok radikal sejak membaca buku "What Is To Be Done?" karangan Nikolai Chernyshevsky dan sejenisnya.

Dia lantas membaca pemikiran filsuf Jerman Karl Marx dalam buku "Das Kapital" yang kelak bakal berdampak terhadap pandangannya. Pada Januari 1889, dia mendeklarasikan diri sebagai Marxist.

Lenin begitu fokus terhadap revolusi politik. Pertengahan 1890, dia pindah ke St Petersburg yang menjadi ibu kota saat itu, dan menemukan sesama Marxist lainnya.

Desember 1895, perkumpulan mereka diketahui pemerintah. Lenin dan Marxist lainnya ditangkap dan ditahan. Dia kemudian dibuang ke Siberia selama tiga tahun.

Lepas dari pengasingan, dia pindah ke Muenchen, Jerman, di mana bersama Marxist lainnya mendirikan harian Iskra untuk menyatukan Rusia serta Marxist di Eropa.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Jasad Stalin Dipindahkan dari Makam Lenin

Dalam Kongres Kedua Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia pada 1903, Lenin mengeluarkan retorika berapi-api tentang gagasan untuk membuat pemerintahan yang baru.

Seruan Lenin mendapat pengaruh ketika Rusia berperang melawan Jepang pada 1904, di mana Rusia mengalami kekalahan melalui Perjanjian Portsmouth.

Dampak dari kekalahan itu, keuangan negara pun menyusut yang membuat rakyat dari berbagai elemen mulai menyuarakan ketidakpuasan dan menuntut perubahan.

Situasi itu memanas pada 9 Januari 1905. Ketika sekelompok pekerja tak bersenjata mengeluhkan masalah mereka secara langsung dan mengajukan petisi kepada Tsar Nicholas II.

Para pekerja itu disambut dengan pasukan keamanan yang memberondongkan peluru. Peristiwa yang dikenal sebagai Bloody Sunday itu menewaskan lebih dari 200 orang.

Peristiwa tersebut berpuncak kepada Revolusi 1905 di mana Lenin menyerukan agar kalangan proletar bergabung bersama petani menggulingkan rezim Tsar dan membentuk pemerintahan ideal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com