Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

400 Orang Australia Terima Hasil Tes Covid-19 yang Keliru, Dinyatakan Negatif Padahal Positif

Kompas.com - 27/12/2021, 07:05 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Sky News

NEW SOUTH WALES, KOMPAS.com - Sebuah laboratorium besar di Australia salah memberi tahu 400 orang bahwa hasil tes virus corona mereka negatif pada Hari Natal, padahal mereka sebenarnya dites positif terkena virus tersebut.

Laboratorium yang bertanggung jawab, yang berbasis di Rumah Sakit St Vincent di Sydney, mengirim pesan teks yang salah pada malam Hari Natal. Isinya memberi tahu orang-orang bahwa mereka tidak terinfeksi Covid-19.

Baca juga: Kasusnya Hebohkan Australia, Sidang Terdakwa Penculik Cleo Smith Ditunda

Direktur medis laboratorium mengatakan tim tanggap darurat telah dibentuk untuk menyelidiki penyebab kesalahan, yang diyakini sebagian disebabkan oleh peningkatan tekanan saat memproses volume tes yang tinggi.

Indisen ini terjadi ketika kasus virus corona mencapai tingkat rekor di Australia.

Hampir 10.000 kasus tercatat di seluruh negeri pada Hari Natal, sebagian besar berada di New South Wales, tempat laboratorium St Vincent berada.

Diyakini banyak dari kasus ini kemungkinan merupakan varian Omicron, meskipun kurangnya sekuensing genom di New South Wales membuat para pejabat tidak dapat memastikannya.

Menteri Kesehatan New South Wales Brad Hazzard mengindikasikan bahwa varian Omicron tersebar luas dan menghindari infeksi akan sulit.

"Kami perkirakan semua orang di New South Wales pada suatu akhirnya akan terinfeksi Omicron," katanya melansir Sky News pada Minggu (26/12/2021).

Antrean mobil terlihat saat orang-orang menunggu untuk mendapatkan tes Covid-19 di klinik pengujian Drive Rumah Sakit St Vincent di Pantai Bondi di Sydney, Rabu, 15 Desember 2021. AP PHOTO/BIANCA DE MARCHI Antrean mobil terlihat saat orang-orang menunggu untuk mendapatkan tes Covid-19 di klinik pengujian Drive Rumah Sakit St Vincent di Pantai Bondi di Sydney, Rabu, 15 Desember 2021.

Baca juga: Muncul Kasus Omicron Pertama di Jalur Gaza

"Jika kita semua akan mendapatkan varian Omicron, cara terbaik untuk menghadapinya adalah ketika kita memiliki vaksinasi lengkap termasuk booster kita."

Terlepas dari rekor jumlah kasus, infeksi di Australia saat ini kurang dari seperempat dari yang ada di Inggris, ketika disesuaikan dengan ukuran populasi.

Pada 22 Desember hampir 91 persen dari 16-an di Australia telah menerima dua dosis vaksin. New South Wales sendiri memiliki tingkat vaksinasi tertinggi di antara enam negara bagian Australia.

Orang yang menerima vaksin Covid-19 dosis ketiga (booster) jauh lebih sedikit jumlahnya. Tetapi Australia sekarang memotong jangka waktu antara mendapatkan suntikan kedua dan booster.

Orang di atas usia 18 tahun yang mendapat dosis kedua lebih dari empat bulan yang lalu, akan memenuhi syarat untuk booster mulai 4 Januari. Jarak itu dikurangi lagi menjadi tiga bulan sejak 31 Januari.

Baca juga: Omicron Mengganas, Muncul Klaster Covid-19 di Bar Singapura

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Sky News
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com