KOMPAS.com - Kemunculan Covid-19 Varian Botswana telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan, dan memicu pembatasan perjalanan oleh sejumlah negara di tengah kekhawatiran meningkatnya penularan virus corona.
Covid-19 Varian Botswana, yang disebut B.1.1.529, adalah varian Covid-19 baru yang terdeteksi di Afrika Selatan, dengan jumlah mutasi yang tinggi.
Baca juga: Muncul Varian Baru Covid-19, Berbagai Negara Mulai Memblokir Penerbangan dari Afrika Selatan
Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) mengatakan 22 kasus positif dari varian baru Covid-19 telah dicatat di negara itu, setelah pengurutan genom. Berita tentang pengumuman itu tersebar pada Kamis (25/11/2021).
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan varian baru Covid-19 itu, berkorelasi dengan peningkatan "eksponensial" dalam kasus yang dilaporkan, sehingga menjadikannya "ancaman besar".
Baca juga: Tiga Kasus Covid-19 Varian Botswana Ditemukan di Israel, Negara Keempat dalam Dua Minggu
Para ilmuwan mengatakan, Covid-19 Varian Botswana, memiliki konstelasi mutasi yang sangat tidak biasa yang mengkhawatirkan. Mutasi itu dapat membantunya menghindari respons imun tubuh, dan membuatnya lebih menular,.
Ilmuwan Afrika Selatan mendeteksi lebih dari 30 mutasi pada “spike protein”, bagian dari virus yang membantu menciptakan “pintu masuk” bagi virus corona untuk menginfeksi sel manusia.
Tulio de Oliveira, direktur KwaZulu-Natal Research and Innovation Sequencing Platform, mengatakan varian tersebut telah membingungkan para ahli.
“Ini (Covid-19 Varian Botswana) memiliki lompatan besar dalam evolusi, lebih banyak mutasi daripada yang kami perkirakan,” kata de Oliveira melansir Al Jazeera.
Sebagai perbandingan, varian Beta dan Delta masing-masing memiliki tiga dan dua mutasi. Varian Delta dari India menjadi penyebab gelombang kedua yang menghancurkan tahun lalu.
“Satu-satunya kabar baik adalah bahwa hal itu dapat dideteksi dengan tes PCR”, tambah de Oliveira.
Mutasi dikaitkan dengan peningkatan resistensi antibodi, yang membuat virus lebih menular.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang "memantau dengan cermat" varian yang dilaporkan.
Baca juga: Covid-19 Varian Delta Tiba-tiba Hilang di Jepang, Apakah Bermutasi sampai Punah?
Vaksin Covid-19 didasarkan pada “spike protein” virus corona asli. Ini meningkatkan kekhawatiran bahwa spike protein baru yang berbeda secara dramatis dapat membuat vaksin menjadi kurang efektif.
Maria Van Kerkhove, kepala Emerging Diseases and Zoonosis di WHO, mengatakan pada Kamis (25/11/2021) bahwa “kekhawatirannya adalah ketika Anda memiliki begitu banyak mutasi, itu dapat berdampak pada bagaimana virus berperilaku.”
“Ini akan memakan waktu beberapa minggu bagi kami untuk memahami apa dampak varian ini terhadap vaksin potensial,” tambah Van Kerkhove.