Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahmed Nasser Al-Raisi dari UEA Dipilih Jadi Presiden Interpol Baru Disambut Kecaman

Kompas.com - 26/11/2021, 08:35 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Ahmed Nasser Al-Raisi yang dituduhan melakukan penyiksaan terpilih menjadi presiden baru Interpol pada Kamis (25/11/2021) di tengah kekhawatiran organisasi hak asasi manusia terhadap risiko eksploitasi oleh rezim represif.

Keluhan "penyiksaan" diajukan terhadap jenderal Uni Emirat Arab (UEA) dalam beberapa bulan terakhir di Perancis dan Turki, yang menjadi tuan rumah sidang umum Interpol di Istanbul pekan ini.

Penunjukkan Ahmed Nasser Al-Raisi sebagai presiden Interpol terjadi setelah UEA mengirimkan dana besar ke badan yang berbasis di Lyon, Perancis, seperti yang dilansir dari AFP pada Kamis (25/11/2021).

Baca juga: UEA-Israel Rancang Kapal Tak Berawak, Mampu Terjun dalam Perang Anti-kapal Selam

Ada juga tuduhan bahwa Abu Dhabi telah menyalahgunakan sistem Interpol yang disebut "red notices" untuk buronan tersangka yang membangkang politik.

Jenderal Emirat Ahmed Nasser Al-Raisi terpilih setelah 3 putaran pemungutan suara, di mana ia menerima 68,9 persen suara yang diberikan oleh negara-negara anggota, kata Interpol dalam sebuah pernyataan.

Setelah pemilihannya, Raisi mengunggah tweet bahwa dia akan "membangun organisasi yang lebih transparan, beragam, dan tegas yang bekerja untuk memastikan keamanan bagi semua".

Namun Raisi tidak menanggapi berbagai tuduhan, ia hanya mengatakan "UEA telah menjadi salah satu negara teraman di dunia."

Raisi, kepala pasukan keamanan UEA, akan berperan sebagai presiden Interpol untuk masa jabatan empat tahun.

Baca juga: UEA Jadi Negara Pertama di Timur Tengah yang Menguji Mobil Self-driving di Jalanan

Pemilihan Interpol sangat mengecewakan

Satu-satunya kandidat lain untuk presiden Interpol adalah Sarka Havrankova dari Republik Ceko, seorang perwira veteran yang mengawasi kerja sama internasional negaranya dalam masalah kepolisian.

Pada Kamis (25/11/2021), juga menunjuk pejabat keamanan publik senior China, Hu Binchen sebagai komite eksekutif Interpol, yang turut memicu kemarahan publik.

China mendapat kecaman yang meningkat dari kelompok hak asasi dan beberapa negara karena tindakan terhadap Uighur dan kelompok minoritas lainnya di wilayah barat laut Xinjiang dianggap sama dengan genosida.

Aktivis Swedia dan salah satu pendiri Safeguard Defenders, Peter Dahlin, mengatakan di Twitter pemilihan komite eksekutif Interpol itu adalah "aib yang akan meningkatkan penyalahgunaan oleh China".

“Seekor rubah sekarang ditempatkan bertugas mengawasi domba-domba itu,” kata Dahlin.

Kelompok hak asasi Kongres Uighur Dunia menggambarkan pemilihan Interpol itu sebagai "sangat mengecewakan".

Baca juga: Israel Ingin Perkuat Hubungan dengan UEA dan Bahrain

Hari yang menyedihkan untuk hak asasi manusia

Ahmed Nasser Al-Raisi bergabung dengan kepolisian UEA pada 1980 dan bekerja di sana selama beberapa dekade.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com