Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Singapura Sulit Makan Selama Pandemi Covid-19

Kompas.com - 10/11/2021, 12:50 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

SINGAPURA, KOMPAS.com - Seorang warga Singapura bercerita keluarganya yang sering kelaparan selama pandemi Covid-19 setelah ia dipecat.

Selama 8 bulan, Danny Goh kesulitan untuk menemukan pekerjaan baru untuk menafkahi istri dan 4 anak yang masih kecil.

Keluarganya bertahan hanya dengan makan mie instan, roti yang dicelupkan ke kopi, dan biskuit, yang didapat dari niat baik kerabat dan teman gereja.

Ketika Goh menemukan pekerjaan baru yang berbasis komisi, pendapatannya berfluktuasi antara 800 dollar Singapura (Rp 8,4 juta) dan 2.800 dollar Singapura (Rp 29,6 juta), yang hampir tidak cukup untuk keluarga besarnya, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (10/11/2021).

Baca juga: Kota di China Ini Tawarkan Rp 222 Juta untuk Lacak Penularan Covid-19 Terbaru

Untuk menghemat uang, keluarga Goh mulai makan hanya 2 kali sehari dengan makanan sederhana, seperti sop ayam dengan nasi atau kentang.

Goh sering melewatkan makan atau makan hanya sekali sehari agar anak-anaknya bisa makan lebih banyak.

Di kulkas mereka yang biasanya diisi dengan buah, sayur, daging ayam, babi, dan sapi, minuman ringan dan camilan, sekarang semuanya menjadi kemewahan yang di luar jangkauan.

"Ini pemotongan gaji yang sangat besar, dan sejujurnya ini adalah salah satu periode tersulit dan paling menurunkan moral dalam hidup saya. Waktunya sangat sulit," kata pria berusia 61 tahun yang menyewa apartemen 2 kamar.

Baca juga: Pelonggaran Covid-19, Singapura Izinkan Warga Serumah Bersantap Bersama Maksimal 5 Orang

Cerita yang dialami Danny Goh dan mungkin masih banyak yang lainnya, menunjukkan di surga makanan dan negara kaya seperti Singapura, warga kelaparan juga ada khususnya selama pandemi Covid-19.

Awal 2021, sebuah studi 6 bulan oleh badan amal lokal, Beyond Social Services, menemukan bahwa pendapatan rumah tangga rata-rata keluarga di Singapura telah turun dari 1.600 dolar Singapura (Rp 17 juta) sebelum pandemi Covid-19, menjadi hanya 500 dolar Singapura (Rp 5,3 juta).

Studi kedua lebih mengkhawatirkan, yang merinci efek pandemi Covid-19 pada orang yang menyewa rumah susun milik pemerintah antara Juli dan Desember 2020, menemukan bahwa kerawanan pangan semakin berkepanjangan.

Baca juga: Singapura dan Malaysia Akan Saling Buka Perbatasan, Usai Tutup 20 Bulan karena Covid-19

Penduduk mengatakan kepada Beyond Social Services bahwa mereka terkadang mengatasi kelaparan dengan minum saja atau membuat olahan dari tepung, atau membeli barang-barang murah yang mengenyangkan.

Mereka membuat pilihan berdasarkan pertimbangan keuangan dari pada nilai gizi.

Misalnya, beberapa keluarga hanya makan satu kali sehari atau memberi anak-anak mereka krimer kopi dengan air panas karena mereka tidak mampu membeli susu formula.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa masalah itu justru dapat meningkat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Singapura, terkait dengan peningkatan tekanan mental dan perkembangan kondisi kesehatan kronis.

Padahal pada 2019, Singapura menduduki peringkat sebagai negara paling aman pangan di dunia dalam Indeks Ketahanan Pangan Global.

“Bagi orang Singapura biasa, makanan adalah hiburan nasional,” kata Wakil Direktur Eksekutif Beyond Ranganayaki Thangavelu.

“Tetapi, kita mungkin tidak menyadari betapa buruknya pola makan orang lain, bagaimana mereka harus membuat pilihan yang sulit untuk setiap kali makan, dan bagaimana makanan hanyalah kebutuhan untuk menopang mereka," imbuhnya.

Baca juga: Warga Singapura yang Pilih Tidak Divaksin Diwajibkan Bayar Pengobatan Covid-19 secara Mandiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com