Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat Biogas untuk Dapur Tak Bisa Disepelekan (Bagian 2)

Kompas.com - 31/10/2021, 05:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski bisa digunakan sebagai pembangkit listrik, keuntungan yang didapatkan dari biogas untuk memasak juga tak bisa disepelekan. Biogas bisa menjadi salah satu sumber energi untuk bertransisi dari energi fosil ke energi terbarukan.

Teguh Sutikno, salah satu peternak sapi di Dusun Dungus, Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten, menjelaskan manfaat yang diterima sejak dia membangun biodigester pada 2014. Sejak biodigester beroperasi hingga sekarang, dia tak lagi membeli gas elpiji untuk memasak.

Teguh mengatakan, penghematan yang dia rasakan untuk memasak sekitar Rp 54.000 per bulan dengan asumsi sebulan membutuhkan tiga tabung elpiji 3 kg dengan harga Rp 18.000 per tabung. Selain itu, dia juga mendapatkan untung dari penjualan limbah biogasnya dengan harga sekitar Rp 5.000 per kg.

Baca juga: Lampu Jalan di Desa Kami Ditenagai Listrik dari Biogas (Bagian 1)

Progam Manager Biru Yayasan Rumah Energi Chabi Batur Romzini menuturkan, biodigester ukuran besar memang sangat memungkinkan untuk diintegrasikan dengan pembangkit listrik. Namun, manfaat biogas untuk memasak juga tak bisa dikesampingkan

Bibah menjelaskan, berdasarkan Biogas User Survey 2020, penghematan energi untuk memasak bisa mencapai Rp 50.000. Selain itu manfaat lain yang bisa didapatkan dari penerapan biogas adalah potensi pendapatan dari bioslurry alias ampas biogas.

“Jika ditambah dengan bioslurry (memanfaatkan ampas biogas ke pertanian sendiri atau dijual), peternak bisa mendapatkan penghasilan tambahan mulai dari Rp 75.000 hingga Rp 2.000.000,” kata Bibah kepada Kompas.com, Sabtu (23/10/2021).

Melansir situs web Yayasan Rumah Energi, membangun biogas juga akan berkontribusi pada pelestarian lingkungan karena dapat mengurangi gas karbon dioksida yang dilepaskan ke udara. Setidaknya 2,6 ton emisi setara karbon dioksida per tahun akan berkurang dengan membangun 1 unit biogas berukuran 6 meter kubik.

Di Jawa Tengah, Bibah mengatakan bahwa Yayasan Rumah Energi telah memulai pendampingan sejak 2009 akhir. Hingga kini, Yayasan Rumah Energi bermitra dengan sejumlah mitra lokal untuk menggalakkan pengembangan biogas.

Baca juga: Apa Itu Biogas Kotoran Sapi?

Dia menjelaskan, untuk membangun 4 meter kubik biogas, dibutuhkan sekitar 20 hingga 40 kilogram kotoran sapi per hari. Jumlah kotoran tersebut bisa tercukupi dengan memelihara antara dua hingga tiga ekor sapi. Dengan asumsi, setiap sapi menghasilkan 15 kilogram hingga 20 kilogram kotoran per hari.

Selain itu, potensi pengembangan biogas di Boyolali juga cukup besar. Bibah menuturkan, menurut data BPS Kabupaten Boyolali, pada 2019 ada sekitar 200.000 ekor sapi, baik itu sapi perah maupun sapi pedaging.

Infografis populasi sapi di Kabupaten Boyolali.KOMPAS.com/DANUR LAMBANG PRISTIANDARU Infografis populasi sapi di Kabupaten Boyolali.

Dengan catatan dibangun 4 meter kubik biodigester, yang mana membutuhkan tiga ekor sapi, maka potensi biodigester yang bisa dibangun adalah 66.800 unit. Namun, itu baru potensi, karena jumlah sapi yang dimiliki setiap peternak sangat beragam dan pembangunannya sangat bergantung dengan kemampuan dan jumlah sapi yang dimiliki.

Sementara, jumlah unit biodigester di Boyolali yang telah didampingi oleh Yayasan Rumah Energi melalui program Biru yakni sebanyak 241 unit. Itu berarti, masih banyak potensi yang belum tergarap hingga kini.

Agar potensi tersebut bisa tergarap optimal, Bibah mendorong pemerintah setempat untuk membantu pembangunan biogas berupa stimulus. Karena, untuk membangun satu unit biogas berukuran 4 meter kubik saja, rata-rata butuh dana sekitar Rp 12 juta untuk daerah di Boyolai. Angka tersebut bisa berubah tergantung lokasi.

Baca juga: Apa Itu Biogas?

Dengan demikian, stimulus untuk membangun biogas sangat dibutuhkan masyarakat. Selain itu, supaya semakin merangsang pengembangan biogas, Bibah mengakui bahwa masyarakat memang memerlukan contoh nyata dari implementasinya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Boyolali Lucia Dyah Suciati mengatakan, sejauh ini pihaknya memang menggalakkan biogas untuk memasak. Menurutnya, untuk fokus pada PLTBg membutuhkan pertimbangan yang presisi dan terukur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com