KOMPAS.com – Seorang pembelot ternama Korea Utara, Kim Kuk-song, membeberkan operasi mata-mata Pyongyang yang berhasil di Korea Selatan.
Kim Kuk-song telah bekerja selama 30 tahun di bawah pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il dan Kim Jong Un.
Kim Kuk-song bekerja sebagai agen mata-mata Korea Utara yang penting. Tetapi pada 2014, dia memutuskan membelot dan hidup di Korea Selatan.
Baca juga: Kim Jong Un Janji Akan Membangun Militer Korea Utara yang Tak Terkalahkan
Kepada BBC, Kim Kuk-song mengatakan salah satu tanggung jawabnya di Korea Utara adalah mengembangkan strategi untuk menghadapi Korea Selatan.
Hal tersebut tentu saja melibatkan operasi intelijen dan mata-mata.
“Ada banyak kasus di mana saya mengarahkan mata-mata untuk pergi ke Korea Selatan dan melakukan misi operasi melalui mereka. Banyak kasus,” klaimnya.
Dia tidak merinci operasi-operasi apa saja yang dilancarkannya. Tetapi, dia memberi tahu BBC satu contoh yang menarik.
Baca juga: Perang Korea 1950: Bagaimana Akhirnya dan Kenapa Korsel-Korut Tidak Bersatu
“Ada kasus di mana seorang agen Korea Utara dikirim dan bekerja di Kantor Kepresidenan Korea Selatan dan kembali ke Korea Utara dengan selamat,” klaim Kim Kuk-song.
Dia menambahkan, operasi tersebut terjadi pada awal dekade 1990-an.
“Setelah bekerja untuk Blue House (Kantor Kepresidenan Korea Selatan) selama lima sampai enam tahun, dia kembali dengan selamat dan bekerja di Kantor Penghubung 314 Partai Buruh,” tutur Kim Kuk-song.
“Saya dapat memberitahu Anda bahwa operasi Korea Utara memainkan peran aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil serta lembaga-lembaga penting di Korea Selatan,” sambung Kim Kuk-song.
Baca juga: Kim Jong Un: AS Biang Kerok Ketegangan di Semenanjung Korea
Di sisi lain, BBC tidak memiliki cara untuk memverifikasi klaim yang dilontarkan Kim Kuk-song tersebut.
BBC melaporkan, Korea Utara mungkin merupakan salah satu negara termiskin dan paling terisolasi di dunia.
Tetapi, para pembelot-pembelot negara tersebut memperingatkan bahwa Pyongyang telah menciptakan 6.000 hacker tentara yang terampil.
Menurut Kim Kuk-song, pemimpin Korea Utara sebelumnya yakni Kim Jong Il, memerintahkan pelatihan personel baru pada 1980-an untuk mempersiapkan perang siber.