Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Mahar dan Nasib Tragis Perempuan di India

Kompas.com - 11/10/2021, 17:08 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

NEW DELHI, KOMPAS.com - Mas kawin atau mahar menjadi isu hangat yang kembali mencuat di India belakangan ini. Sejumlah tokoh Muslim bahkan ikut angkat bicara menentang praktik ini.

Asaduddin Owaisi, seorang tokoh Muslim terkemuka di India, baru-baru ini dalam khotbah Jumatnya mengeluarkan pernyataan kerasnya terkait praktik mahar di India.

Salah satu dari dua bersaudara yang memimpin organisasi Muslim All India Majlis-e-Ittehadul Muslimeen (AIMIM) ini mengatakan, tindakan keras laki-laki terhadap perempuan, terutama istri mereka, bukanlah tindakan maskulin.

Baca juga: Pria Ini Jual Istrinya, gara-gara Mahar Sepeda Motor Tidak Dipenuhi

"Melecehkan dan memukuli istri Anda, menuntut mahar dilarang dalam Islam. Menyiksa istri, meminta uang atau transaksi keuangan apa pun bukanlah kejantanan. Keluarga pria seharusnya malu karena memaksa perempuan mengambil langkah ekstrem,” kata Owaisi dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (10/10/2021).

Sepasang pengantin melakukan ritual saat pernikahan massal di Surat, India, Minggu, 24 Desember 2017.AP/AJIT SOLANKI via VOA INDONESIA Sepasang pengantin melakukan ritual saat pernikahan massal di Surat, India, Minggu, 24 Desember 2017.
Ia juga mengatakan,"Tidak peduli apa agama Anda, akhiri keserakahan akan mas kawin ini. Berapa banyak lagi perempuan yang harus menderita? Lelaki macam apa yang membunuh perempuan?”

Pernyataan keras Owaisi muncul tidak lama setelah negara bagian Kerala di India ini melancarkan tindakan keras terhadap pembayaran mahar terkait kematian empat perempuan muda.

Sebelum ditemukan tewas di rumahnya Juni lalu, mahasiswa kedokteran Ayurveda Vismaya Nair, yang berusia awal 20-an, sempat mengirim pesan dan foto kepada sepupunya tentang pemukulan yang dilakukan suaminya terhadap dirinya.

Media-media setempat melaporkan, kematiannya terkait mobil yang diberikan orangtua perempuan itu kepada si suami sebagai bagian dari mas kawinnya.

Polisi belum bisa memastikan apakah Nair meninggal karena bunuh diri atau dibunuh. Mereka sedang menyelidiki pengaduan pelecehan terkait mahar yang diajukan oleh keluarga Nair terhadap keluarga suaminya.

Seorang pengantin Muslim menunggu dimulainya upacara pernikahan massal di kota Ahmedabad, India barat.REUTERS via VOA INDONESIA Seorang pengantin Muslim menunggu dimulainya upacara pernikahan massal di kota Ahmedabad, India barat.
Beberapa hari setelah kematian Nair, mayat seorang perempuan muda yang sudah menikah ditemukan dan dua pengantin baru lainnya meninggal dengan cara gantung diri di rumah mereka di negara bagian di selatan India itu.

Keluarga mereka juga telah menyampaikan keluhan tentang pelecehan terkait dengan sengketa pembayaran mahar.

Dulunya, mahar diartikan sebagai perhiasan emas yang diserahkan orang tua ke keluarga pengantin lelaki ketika anak perempuan mereka menikah. Kini mahar dapat mencakup berbagai hadiah mahal untuk keluarga mempelai lelaki, termasuk rumah dan mobil sehingga membebani keluarga perempuan.

Meski telah dilarang sejak 20 tahun lalu, kebiasaan ini masih dipraktikkan secara luas.Tidak jarang, sengketa terkait mahar menyebabkan pertengkaran dan pelecehan yang terkadang berakhir dengan kematian.

Tuntutan mas kawin bahkan sering berlanjut selama beberapa tahun setelah pernikahan. Setiap tahun, ribuan perempuan muda India disiram dengan bensin dan dibakar hingga tewas karena pengantin lelaki atau keluarganya merasa mahar yang diberikan tidak memadai.

Baca juga: Kisah Kematian 11 Anggota Keluarga Burari India: Buah Ritual Pemujaan

Aktivis hak-hak perempuan mengatakan bahwa celah dalam undang-undang pencegahan mas kawin, keterlambatan dalam penanganan, dan rendahnya tuntutan hukum terhadap pelaku telah menyebabkan kenaikan dalam kejahatan terkait mas kawin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com