TEHERAN, KOMPAS.com - Abolhassan Banisadr, yang menjadi presiden pertama Iran setelah revolusi (1978-1979), dikabarkan meninggal di Paris pada Sabtu (9/10/2021).
Kabar kematian Abolhassan Banisadr dilaporkan oleh media Iran bahwa "setelah lama sakit-sakitan" presiden pertama Iran itu meninggal di Rumah Sakit Salpetriere ibu kota Paris, tempat ia tinggal selama beberapa dekade ini, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu (9/10/2021).
Baca juga: Ebrahim Raisi Resmi Jadi Presiden Iran, Bersumpah Cabut Sanksi AS
Abolhassan Banisadr lahir pada 1933 di Provinsi Hamedan, barat Iran.
Ayah Banisadr adalah seorang pemimpin agama terkenal dan teman Ruhollah Khomeini, yang berhasil memimpin revolusi Islam melawan Mohammad Reza Pahlavi, shah terakhir Iran.
Banisadr menyelesaikan pendidikannya di Eropa, yang mengkampanyekan perlawanan terhadap pemerintahan dinasti shah.
Ia menjadi orang kepercayaan dan sekutu dekat Khomeini, yang menjadi tuan rumah ketika Khomeini berada di Paris sebelum menjadi pemimpin tertinggi pertama Iran.
Baca juga: Lengser sebagai Presiden Iran, Hassan Rouhani Mengaku Pemerintah Tak Selalu Jujur
Beberapa bulan setelah revolusi Iran berakhir pada Februari 1979, Banisadr menjadi presiden terpilih pertama dalam sejarah Iran, mengumpulkan mayoritas suara publik yang kuat untuk memerintah selama 4 tahun.
Dia juga ditunjuk sebagai penjabat panglima tertinggi oleh pemimpin tertinggi, Khomeini.
Banisadr menonjol dengan kumisnya dan setelan gaya Barat di antara jubah hitam dan sorban yang disukai oleh para pemimpin agama revolusi Iran lainnya.
Namun mereka berbagi keyakinan yang sama di negara Islam Syiah, untuk menggantikan pemerintahan monarki di Iran.
Ada dua peristiwa besar di luar kendali Abolhassan Banisadr yang sangat mempengaruhi kemampuannya untuk memperkuat posisi sebagai presiden pertama Iran.
Pertama, pengambilalihan kedutaan Amerika Serikat di Teheran dan krisis penyandera.
Disusul terjadinya invasi di Iran oleh negara tetangga Irak yang dipimpin oleh Saddam Hussein dengan dukungan dari pemerintah asing, untuk menggulingkan pendirian ulama yang masih muda di negara itu.
Di tengah kondisi kacau tersebut, Banisadr segera bentrok dengan faksi-faksi politik di dalam pemerintahan Iran karena sejumlah masalah, termasuk penunjukan kabinet dan visi pemerintahan.
Baca juga: Profil Pemimpin Dunia: Hassan Rouhani, Presiden Iran