Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan Kerangka Prajurit Bizantium dengan Pengobatan Rahang Patah Langka Abad Ke-14

Kompas.com - 05/10/2021, 04:37 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

ATHENA, KOMPAS.com - Para arkeolog di Yunani menemukan seorang prajurit Bizantium abad ke-14 selamat dari patah rahang dengan menutupnya menggunakan semacam benang emas.

Penemuan tengkorak prajurit Bizantium itu pertama kali dilakukan pada 1991, di lokasi benteng Polystylon, benteng Bizantium yang dibangun di atas reruntuhan kota Yunani kuno Abdera, dekat Laut Aegea, di tempat yang sekarang disebut Thrace Barat.

Prajurit Bizantium tersebut dikebumikan bersama seorang gadis kecil berusia 5 tahun, tetapi belum jelas apa hubungan mereka.

Baca juga: The Car Catcher, Penemuan Penangkap Pejalan Kaki yang Sia-sia

Penemuan kedua set kerangka tengkorak itu berada di sebuah cist atau peti mati batu, di tengah-tengah pemakaman 20 petak di benteng yang telah ditinggalkan selama berabad-abad.

Menurut sebuah laporan penemuan baru yang diterbitkan dalam jurnal Mediterranean Archaeology and Archaeometry bahwa prajurit Bizantium tersebut dikubur setelah kepalanya dipenggal oleh tentara Ottoman.

Kemudian, baru-baru ini para arkeolog menemukan bahwa rahang prajurit Bizantium itu sudah hancur di dua titik pada satu dekade sebelum dia meninggal, seperti yang dilansir dari Daily Mail pada Jumat (1/10/2021).

Kemudian terlihat bahwa rahang prajurit Bizantium itu telah diatur ulang dengan hati-hati oleh seorang profesional medis yang berpengetahuan luas di zaman itu.

Para arkeolog ini percaya petugas medis yang menangani rahang prajurit Bizantium tersebut adalah seorang yang terampil, mengikuti petunjuk tentang cedera rahang yang dikemukakan oleh Hippocrates, dokter ikonik Yunani yang hidup hampir 2.000 tahun sebelumnya.

Anagnostis Agelarakis, seorang arkeolog Universitas Adelphi yang memimpin penggalian kuburan prajurit Bizantium itu, mengatakan bahwa mandibula yang sembuh dari prajurit itu, suatu hal yang langka di zaman itu.

Baca juga: Benarkah Penemuan Sepeda Dipicu Meletusnya Gunung Tambora?

"Rahangnya hancur menjadi dua bagian," kata Agelarakis kepada Live Science.

Agelarakis memuji keterampilan dan pengetahuan dari "profesional medis...untuk menyatukan dua fragmen utama rahang."

Luka seperti itu akan membuat makan atau minum menjadi sangat sulit dan bisa mengakibatkan korban mati kelaparan.

Tingkat perawatan yang diterima prajurit Bizantium pria itu menunjukkan bahwa dia adalah seorang VIP, menurut Agelarakis.

"Dia adalah pemimpin militer, kemungkinan besar dari benteng," katanya kepada Live Science.

Agelarakis menambahkan bahwa penemuan pengobatan rahang patahnya juga bisa menjelaskan mengapa dia dipenggal oleh Ottoman ketika mereka menyerbu benteng.

Rahang prajurit Bizantium itu sebenarnya masih sedikit tidak sejajar, tetapi Agelarakis menganggapnya sebagai komplikasi medis atau bahkan mungkin ketidakmampuan prajurit untuk tetap tidak bergerak, bukan karena kurangnya keterampilan di pihak ahli bedah.

Baca juga: 5 Penemuan Jejak Pengorbanan Manusia dari Peradaban Kuno

"Faktanya, jika tidak ada perawatan penyesuaian lanjutan dari fragmen rahang yang disejajarkan oleh dokter, komponen rahang yang retak yang diidentifikasi sebagai segitiga dasar tidak akan disetel untuk menyatu sedekat (seperti yang mereka lakukan)," tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Sementara itu, para arkeolog mengatakan benda seperti benang logam yang digunakan oleh dokter saat itu untuk mengobati rahang prajurit Bizantium yang patah, sudah lama hilang.

Agelarakis cukup yakin bahwa benda itu adalah benang emas, karena sesuatu yang kuat, tetapi lentur dan tidak beracun.

Rahang prajurit Bizantium ditemukan tidak memiliki perubahan warna menjadi abu-abu seperti yang terlihat jika menggunakan perak, atau menjadi patina hijau terkait dengan noda kabel tembaga.

Disebutkan juga dalam penemuan itu bahwa satu gigi prajurit Bizantium tersebut dicabut, sehingga simpul benang emas tidak menggores pipinya.

"Ini sangat canggih," kata Agelarakis kepada Live Science. "Itu mencengangkan."

Berdasarkan penumpukan karang gigi di gigi prajurit Bizantium, di mana benang emas itu dijalin, Agelarakis yakin tentara itu menderita cedera rahang sekitar satu dekade sebelum kematiannya yang kejam pada usia 35-40 tahun.

Baca juga: 10 Penemuan Arkeologi Fenomenal dari Zaman China Kuno: Mumi Lady Dai hingga Istana Bawah Tanah Kuil Famen

Dalam penemuan tersebut tidak bisa menjelaskan bagaimana rahang prajurit Bizantium bisa patah, tetapi Agelarakis menduga kemungkinan karena jatuh dari kuda atau luka dari ujung tombak atau proyektil.

Para arkeolog mengatakan penemuan pengobatan rahang patah prajurit Bizantium itu "tercermin pada implementasi berkelanjutan dari pendekatan intervensi yang telah direkomendasikan 1.800 tahun sebelumnya" oleh risalah Hippocrates.

Penemuan praktik pengobatan rahang patah prajurit Bizantium ini juga memberikan "sekilas kondisi manusia selama 100 tahun terakhir yang paling kacau dari Kekaisaran (Bizantium)," tulis para arkeolog.

Prajurit Bizantium itu kemungkinan dipenggal pada 1380-an, ketika benteng itu dijarah oleh pasukan invasi Utsmaniyah.

Tengkoraknya juga hancur, tulis para arkeolog, dengan fraktur "berukuran mengerikan" di bagian atas wajahnya dan trauma benda tumpul lainnya yang disebabkan "oleh serangan berbagai jenis senjata".

Mengingat bahwa kepalanya ditempatkan di kuburan orang lain, tanpa sisa tubuhnya, Agelarakis berteori penguburannya dilakukan dengan cepat tanpa sepengetahuan Ottoman.

"Penderitaan dan pemenggalan kepala yang mengerikan" menunjukkan bahwa benteng itu tidak diserahkan, "tetapi itu pasti diambil dengan paksa", menurut penemuan arkeologi tersebut.

Baca juga: Penemuan Medis Terbaru Israel, Gumpalan Darah untuk Sembuhkan Luka Kronis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com