Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sadis Tragedi Pembantaian Anggota Kerajaan Nepal 2001

Kompas.com - 24/09/2021, 18:44 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

 

KOMPAS.com - 1 Juni 2001. Langit Nepal menjadi murung. Keheningan menyeruak--sekaligus kengerian, sekaligus ketakutan, sekaligus banyak pertanyaan.

Di hari itu, terjadi pembantaian di Istana Narayanhiti, tempat keluarga Kerajaan Nepal tinggal.

Pembunuhan terjadi saat makan malam itu. 10 orang anggota keluarga kerajaan tewas, termasuk Raja Birendra dan Ratu Aishwarya.

Baca juga: Varian Baru Covid-19 Diduga Muncul di Nepal, Lebih Berbahaya dan Kebal Vaksin?

Seperti sempat diulas Kompas.com, setelah Raja Birendra tewas, Pangeran Dipendra, yang melakukan penembakan, menjadi raja secara de jure meski dalam kondisi koma setelah menembak diriya sendiri.

Namun, luka-luka yang dideritanya mengakibatkan sang pangeran meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit.

Akhirnya, adik laki-laki sang raja, Gyanendra diangkat menjadi raja Nepal.

Sebenarnya apa yang terjadi malam itu tak pernah terlalu jelas.

Namun, sejumlah laporan menyebut tragedi itu diawali akibat perilaku putra mahkota Pangeran Dipendra.

Baca juga: Covid-19 Nepal Makin Mengkhawatirkan, China Hentikan Pendakian ke Gunung Everest

Malam itu, Dipendra mabuk berat dan sebelumnya juga sudah mengisap hasish dalam jumlah banyak.

Akibatnya, sang pangeran berperilaku tak pantas dalam acara makan malam itu yang berujung teguran dari sang ayah, Raja Birendra.

Raja kemudian meminta Dipendra, yang adalah putra sulungnya, agar meninggalkan acara makan malam itu.

Dia kemudian meninggalkan ruangan ditemani adiknya Pangeran Nirajan dan sepupunya, Pangeran Paras.

Satu jam kemudian, Dipendra kembali dan berjalan-jalan di luar ruang makan malam. Dia kemudian mencabut sebuah senapan SPAS-12 dari dalam tas yang banyak berisi senjata itu.

Senjata lain yang dibawa Dipendra malam itu termasuk senapan mesin H&K MP5 dan senapan serbu M-16.

Dia kemudian masuk ke ruang makan dan langsung melepaskan tembakan membabi buta yang mengenai ayahnya.

Baca juga: Covid-19 Nepal, Pendaki Gunung Everest Didesak Bawa Turun Tabung Oksigen Bekas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com