FAROE, KOMPAS.com – Pemerintah Kepulauan Faroe, wilayah otonomi Denmark, menghadapi aksi protes pada Selasa (15/9/2021).
Mereka marah karena adanya pembantaian terhadap lebih dari 1.400 lumba-lumba sisi putih dalam sehari. Belum jelas siapa yang melakukan perbuatan keji tersebut.
Pembantaian lumba-lumba tersebut dikatakan sebagai perburuan tunggal terbesar di kepulauan tersebut sebagaimana dilansir Al Arabiya.
Baca juga: Foto Luar Angkasa Terbaik 2021: Nebula Kepala Lumba-lumba hingga Jalur Purnama
“Tidak diragukan lagi bahwa perburuan di Faroe adalah pemandangan dramatis bagi orang-orang yang tidak terbiasa dengan perburuan dan pembantaian mamalia,” kata juru bicara pemerintah kepada AFP.
“Perburuan itu, bagaimanapun, terorganisir dengan baik dan diatur sepenuhnya,” katanya.
On Sunday night a super-pod of 1428 Atlantic White-Sided Dolphins was driven for many hours and for around 45 km by speed boats and jet-skis into the shallow water at Skálabotnur beach in the Danish Faroe Islands, where every single one of them was killed. https://t.co/uo2fAPhCDq
— Sea Shepherd (@seashepherd) September 14, 2021
Juru bicara tersebut menambahkan, umumnya populasi di pulau-pulau Atlantik Utara berburu paus pilot dan bukan lumba-lumba.
Seorang jurnalis televisi lokal, Hallur av Rana, menuturkan bahwa biasanya para pemburu tidak membunuh paus dalam jumlah yang besar.
Baca juga: Puluhan Kura-kura dan Lumba-lumba Mati akibat Panas dan Racun Kimia dari Kapal Terbakar di Sri Lanka
Mereka berburu dengan teknik yang disebut “grindadrap”, di mana para pemburu mulanya mengelilingi paus dengan perahu penangkap ikan dalam mode setengah lingkaran.
Mereka kemudian mengarahkan sejumlah paus ke teluk untuk didamparkan dan disembelih.
“Kelihatannya cukup ekstrem dan butuh beberapa waktu untuk membunuh mereka semua,” kata av Rana.
Sejumlah foto yang beredar di internet menunjukkan, ada lebih dari 1.000 mayat lumba-lumba sisi putih di pantai dengan latar belakang laut yang dibanjiri darah.
Baca juga: Video Viral Sekelompok Pemuda Tanpa Alasan Pukuli Lumba-lumba Langka sampai Mati
Kejadi tersebut memicu kemarahan warga dan foto-foto itu memicu amuk netizen di media sosial.
Menurut av Rana, meski sekitar 53 persen dari populasi kepulauan itu menentang "grindadrap", tidak ada rencana untuk menghapus praktik tersebut.
Pihak berwenang juga berkeras bahwa teknik tersebut itu adalah cara berburu yang berkelanjutan.
Sea Shepherd, sebuah badan amal yang berkampanye menentang perburuan paus dan lumba-lumba, menggambarkan perburuan itu sebagai praktik biadab.
Menurut perkiraan lokal, ada sekitar 100.000 paus pilot di perairan sekitar Kepulauan Faroe dan sekitar 600 ekor terbunuh tahun lalu.
Baca juga: Korea Utara Dilaporkan Melatih Lumba-lumba untuk Siap Berperang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.