MOSKWA, KOMPAS.com - Tempat penampungan sampah akhir Alexinsky dekat desa Shapino, adalah satu dari belasan tempat penampungan sampah akhir, di sekitar kota metropolitan Moskwa, Rusia. Luasnya 32 hektare, atau sekitar 45 lapangan sepak bola.
Beberapa tahun lalu, lubang tempat penampungan sampah itu dalamnya sekitar 30 meter, kata penduduk sekitar.
Sekarang, ini sudah jadi bukit yang menjulang hingga setinggi 20 meter. Dan bukit ini semakin besar. Demikian pula dengan masalah kesehatan yang dihadapi warga lokal.
Baca juga: Media Rusia dan China Ramai-ramai Ejek Pemulangan Pasukan AS dari Afghanistan
Tempat penampungan akhir itu letaknya sekitar 500 meter dari rumah tempat Yulia Fedoseyeva lahir. Ia mengatakan, kadang-kadang baunya begitu menyengat, sehingga ia tidak bisa membuka jendela. Kedua anaknya, Ilya (8 tahun) dan Yaroslava (7 tahun) juga jadi sering merasa sakit.
Sampai akhirnya Yulia tidak tahan lagi. Ia pindah dari desa kelahirannya, ke kota Klin yang berjarak 7 kilometer dari Shapino.
“Anak-anak selalu merasa sakit. Suatu hari, dokter ahli anak mengatakan, paru-paru mereka mengeluarkan suara memprihatinkan,” tutur Yulia. Ia tidak perlu pikir panjang, dan langsung cari apartemen baru di kota Klin, dan mereka pindah.
Beberapa waktu kemudian, mereka datang ke dokter itu lagi. “Seperti mujizat, paru-paru anak saya tidak mengeluarkan suara apa-apa lagi! Apa sebabnya? Mudah saja. Kami menjauh dari TPA,” tegas Yulia.
Bukan keluarga Fedoseyeva saja yang menghadapi masalah akibat sampah. Penanganan limbah adalah salah satu masalah paling besar di Rusia.
Data yang dikumpulkan Greenpeace menunjukkan, limbah yang diproses kurang dari 4 persen, dan hanya 2 persen yang akhirnya dibakar. Sisanya langsung mendarat di TPA.
Sebenarnya ironis, bahwa Rusia, negara dengan lahan daratan paling besar di dunia, tidak bisa menemukan tempat cukup untuk 70 juta ton limbah yang dihasilkan populasinya setiap tahun.
Terutama TPA Moskwa, yang jadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Banyak dari TPA itu tidak memenuhi standar keamanan resmi, mencemari tanah, air tanah dan udara.
Penduduk lokal sudah berdemonstrasi berkali-kali, misalnya di Arkhangelsk. Tapi mereka jarang melihat solusi.
Baca juga: Anaknya Pengangguran dan Pemalas, Pria Ini Kumpulkan Sampah Selama 10 Tahun
Yulia Fedoseyeva sekarang ikut serta dalam upaya pembersihan udara di daerah asalnya. Ia dan aktivis lainnya menghimpun dana dan membeli sebuah alat penganalisa gas, yang mengukur tingkat radioaktivitas, kadar klorin, hidrogen sulfida, amonia dan unsur polutan lainnya.
“Kami menggunakan data ini untuk menyusun apa yang yang kami sebut peta bau dari seluruh area ini.” Begitu dijelaskan aktivis lingkungan, Alexey Kotov. Kemudian mereka memutuskan apakah aman keluar rumah dengan anak-anak, atau tidak.
Hasil pendataan ternyata menunjukkan bahaya. Secara teratur, para aktivis melaporkan hasilnya kepada kantor urusan lingkungan hidup.