Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Pria Peru Buktikan Kejantanan dengan Merajut

Kompas.com - 04/09/2021, 13:51 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

LIMA, KOMPAS.com - Selama hampir 500 tahun, para pria Peru di sebuah pulau kecilnya, menunjukkan bukti kejantanan dengan merajut sebuah topi khas Andes yang rumit, untuk dapat menemukan pasangan hidup mereka.

Di Pulau Taquile, sebuah pulau terpencil di Peru, nilai seorang pria tidak diukur dari kemampuannya berburu atau memancing, tetapi dalam kemampuannya merajut.

Baca juga: Pemerintah China Khawatir Pemuda Negaranya Terlalu Feminin, Dorong Didikan Lebih Jantan

Alejandro Flores Huatta lahir di pulau berpenduduk 1.300 orang, yang terletak di sisi Peru Danau Titicaca, tiga jam perjalanan dengan perahu dari kota terdekat Puno.

Pria berusia 67 tahun itu belajar cara merajut chullo yang ikonik (topi khas Andes) sejak ia masih kecil.

Dia diajari oleh kakak laki-laki dan kakeknya dengan menggunakan duri kaktus sebagai jarum rajut.

"Sebagian besar orang belajar dengan melihat, menyimak. Karena saya tidak punya ayah, kakak saya (dan kakek) mengajari saya merajut. Jadi dengan menyimak, saya belajar sedikit demi sedikit," katanya, berbicara melalui seorang penerjemah Bahasa Quechua.

Pulau Taquile terkenal dengan tekstil dan pakaiannya. Para perempuan menenun dan merawat domba yang menjadi sumber wol, sementara para pria secara eksklusif memproduksi topi rajutan khas pulau itu.

Baca juga: Tak Dikubur, Suku di China Selatan Punya Tradisi Gantung Peti di Tebing

Chullo dipandang penting secara budaya, memainkan peran kunci dalam struktur sosial pulau dan memungkinkan pria menunjukkan kreativitas mereka sambil juga menampilkan status pernikahan, impian, dan aspirasi mereka.

Sebagian pria bahkan menggunakannya untuk menunjukkan suasana hati mereka.

Ini adalah tradisi yang bekerja keras dilestarikan oleh para penduduk pulau tersebut.

Para penduduk pulau itu hidup relatif terpencil sampai tahun 1950-an. Kondisi itu telah membantu menjaga warisan dan cara hidup komunitas setempat secara utuh.

Para warga mematuhi kode Inca "Ama sua, ama llulla, ama qhilla", (bahasa Quechua untuk, "Jangan mencuri, jangan berbohong, jangan malas").

Seperti laki-laki lain di pulau itu, Alejandro belajar bagaimana merajut dari laki-laki di keluarganya.ROMEL VELASQUEZ via BBC INDONESIA Seperti laki-laki lain di pulau itu, Alejandro belajar bagaimana merajut dari laki-laki di keluarganya.

Baca juga: Tato Wajah, Sumbat Hidung: Tradisi Menolak Cantik Suku Apatani India

Warisan budaya kuno

Para warga Taquile secara tradisional merupakan petani yang terdiri dari enam kelompok komunitas.

Mereka secara bergiliran merotasi tanaman kentang, jagung, kacang-kacangan dan jelai di lereng gunung. Ada juga yang memelihara domba, marmut, ayam dan babi di darat, dan ikan di danau.

Pariwisata di pulau itu dimulai pada 1970-an, dan memberi penduduk setempat sumber pendapatan lainnya. Puluhan ribu wisatawan mengunjungi pulau itu setiap tahun, untuk melihat desa-desa dan danau di sana.

Para pengunjung biasanya tinggal bersama penduduk setempat di akomodasi sederhana yang dikelola keluarga. Turis bisa membantu bekerja mengumpulkan hasil panen; mencicipi makanan khas setempat, seperti ikan trout goreng dan kentang dengan nasi, kacang-kacangan, dan teh mint; serta membeli tekstil buatan tangan yang terkenal di pulau itu.

Pada 2005, seni tekstil Taquile dianggap sangat berharga, sehingga UNESCO memberinya status Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.

Baca juga: Tradisi 1 Istri Banyak Suami di Himalaya, Dipicu Faktor Ekonomi dan Lahan

Alejandro adalah salah satu dari tujuh orang di pulau itu yang diakui sebagai Sang Ahli Tekstil, bersama dengan presiden pulau itu, Juan Quispe Huatta.

Tradisi ini telah ada selama lebih dari 500 tahun, dengan sejarah yang dapat ditarik kembali hingga peradaban kuno suku Inca, Pukara dan Colla.

Suku Inca khususnya, menggunakan hiasan kepala mereka dengan cara yang mirip dengan chullo Taquile. Yakni dengan menampilkan simbol spesifik dari provinsi asal mereka. Tetapi hanya itu kemiripannya.

Chullo Taquile dan hiasan kepala Inca terlihat sangat berbeda.

Para tetua pulau menceritakan desain chullo muncul saat penaklukan Spanyol pada 1535. Kakek Alejandro menyampaikan kisah-kisah para penakluk awal yang mengenakan topi serupa yang berwarna putih dengan penutup telinga, "tetapi tidak menampilkan pola atau simbol yang sama," kata Alejandro.

Terletak di Danau Titicaca, sejarah panjang isolasi Taquile telah membantu melestarikan budayanya yang unik.GETTY IMAGES/KEVIN SCHAFER via BBC INDONESIA Terletak di Danau Titicaca, sejarah panjang isolasi Taquile telah membantu melestarikan budayanya yang unik.

Baca juga: Tradisi Unik Cimburijada Bosnia: Masak dan Makan Telur Orak-arik Bersama

Para anak laki-laki Taquile diajari merajut sejak usia lima atau enam tahun, dengan keterampilan yang diturunkan dari satu pria ke pria berikutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com