Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelaparan, Warga Korea Utara Culik Anak-anak Keluarga Kaya, Minta Tebusan agar Bisa Makan

Kompas.com - 02/09/2021, 20:51 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

PYONGYANG,KOMPAS.com - Warga Korea Utara yang kelaparan terpaksa menculik anak-anak dari keluarga kaya dan menuntut uang tebusan agar mereka bisa makan.

Setidaknya empat penculikan anak dilaporkan dalam beberapa pekan terakhir di negara rahasia, yang sedang berjuang di bawah sanksi internasional atas rezim Kim Jong-un.

Baca juga: Merasa Belum Butuh, Korut Tolak 3 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari China

Kekurangan makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan sehari-hari lainnya telah memburuk sejak Pyongyang sepenuhnya menutup perbatasannya pada Januari 2020.

Kebijakan itu dilakukan dalam upaya untuk mencegah Covid-19 memasuki negara itu.

Rezim itu khawatir sistem perawatan kesehatan Korea Utara yang kuno dan tidak lengkap akan runtuh, jika virus corona menyebar di antara penduduk.

Secara resmi, tidak ada kasus Covid-19 Korea Utara yang dilaporkan negara yang berbatasan dengan China sepanjang 1.352 km dan sering dilintasi para penyelundup tersebut.

Namun, para ahli menganggap tidak mungkin virus itu tidak mencapai Korea Utara, meskipun menjadi negara pertama di dunia yang menutup perbatasannya sebagai tanggapan terhadap virus corona.

Bahkan Kim Jong Un telah mengisyaratkan bahwa tanah airnya yang terisolasi mungkin berada di ambang bencana.

Dia menyamakan situasi domestik saat ini dengan bencana kelaparan Korea Utara yang terjadi selama empat tahun pada pertengahan 1990-an, yang oleh orang Korea Utara disebut sebagai masa yang sangat sulit.

Sebanyak tiga juta orang diperkirakan tewas selama periode kelaparan tersebut. Itu disebabkan oleh salah urus ekonomi yang kronis, runtuhnya sistem distribusi makanan, dan negara-negara komunis lainnya yang menghentikan pasokan bantuan.

Orang-orang memberi penghormatan di depan patung mendiang pemimpin Korea Utara Kim Il Sung dan Kim Jong Il di Bukit Mansu saat Korea Utara menandai Hari Pembebasan Nasional ke-76, memperingati berakhirnya pemerintahan kolonial Jepang pada akhir Perang Dunia II, di Pyongyang pada 15 Agustus 2021. AFP PHOTO/ Orang-orang memberi penghormatan di depan patung mendiang pemimpin Korea Utara Kim Il Sung dan Kim Jong Il di Bukit Mansu saat Korea Utara menandai Hari Pembebasan Nasional ke-76, memperingati berakhirnya pemerintahan kolonial Jepang pada akhir Perang Dunia II, di Pyongyang pada 15 Agustus 2021.

Baca juga: Kembali Tampil di Hadapan Publik, Kim Jong Un Makin Kurus

Melansir Daily Mail pada Kamis (2/9/2021), baru-baru ini dilaporkan tentang kelaparan di bagian-bagian terpencil Korea Utara. Pasalnya industri dan pertanian sebagian besar terhenti, dengan kurangnya bahan bakar dan suku cadang.

Ada juga laporan pencurian yang tersebar luas, bahkan di antara wajib militer yang kekurangan makanan yang merupakan bagian terbesar dari tentara negara itu.

Kondisi itu membuat warga sipil menjadi lebih putus asa.

Bulan lalu, seorang gadis enam tahun menghilang saat bermain di tepi sungai di luar rumahnya di Kabupaten Songchon, utara Pyongyang, menurut laporan Radio Free Asia.

"Dia diculik dan disandera oleh seorang pria berusia tiga puluhan yang tinggal di desa yang jauh dari rumahnya," kata seorang sumber di Korea Utara kepada outlet yang berbasis di Washington DC.

Halaman:
Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com