Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Pergantian Taliban dengan Taliban

Kompas.com - 28/08/2021, 13:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Presiden Joe Biden memberi batas waktu 31 Agustus untuk menarik semua pasukan Amerika Serikat keluar dari Afghanistan.

Yang terjadi kemudian adalah, sebelum 31 Agustus 2021 Taliban kembali berkuasa di Afghanistan. Menjadi tidak begitu jelas apa sebenarnya yang diinginkan dalam konteks keberadaan Amerika Serikat selama 20 tahun di Afghanistan.

Setidaknya realitas ini kemudian memunculkan lelucon tentang bagaimana Amerika Serikat dengan uang lebih dari 2 triliun dollar AS di bawah 4 presiden terpilih telah sukses besar mengganti rezim Taliban dengan rezim Taliban di Afghanistan.

Intinya adalah keberadaan Amerika Serikat selama 20 tahun menjadi sulit untuk dimengerti. Walau pada awalnya sangat jelas misi utamanya adalah membasmi habis teroris yang telah mempermalukan Amerika pada peristiwa 9/11.

Kejadian yang mirip adalah saat Amerika Serikat meninggalkan Vietnam, ketika Presiden Richard Nixon memerintahkan penarikan pasukan AS pada tahun 1973.

Yang menarik adalah kata-kata dari Jenderal William Westmoreland, Panglima Perang Amerika Serikat di Vietnam. Dia berkata bahwa The Military don’t start wars, Politicians start wars.

Curhat ini adalah cerminan dari betapa hubungan sipil militer di Amerika sangat memengaruhi kebijakan luar negeri yang amat berkait dengan pertimbangan pertimbangan National Security.

Tidak hanya besar pengaruhnya akan tetapi juga menjadi sangat menentukan dalam pengambilan keputusan strategis dari negeri adikuasa itu.

Lika liku dari hubungan sipil militer demikian banyak diperbincangkan dan bahkan Samuel Huntington menuangkannya dalam sebuah buku yang cukup terkenal “Soldier and the State”.

Di sisi lain, militer Amerika terkenal juga dengan pemahaman tentang military create peace and humanity. Ini terlihat refleksinya dalam misi-misi damai militer Amerika Serikat seperti antara lain dalam bentuk kerja sama dengan banyak negara sahabat.

Kerja sama yang mencakup misi perdamaian dan juga kemanusiaan yang antara lain dilakukan pada operasi dan latihan bersama pada kegiatan bantuan dalam menanggulangi bencana alam dan atau tugas tugas SAR.

Pendidikan perwira di akademi militer di West Point (Angkatan Darat), Annapolis Maryland (Angkatan Laut) dan Colorado (Angkatan Udara) dikenal sebagai pendidikan perwira dengan silabus yang sangat memerhatikan masalah perdamaian dan kemanusiaan.

Misi mereka adalah mencetak Officer and Gentlement. Amerika Serikat juga berkontribusi terbesar sekitar 28 persen dalam turut serta membiayai pasukan militer untuk Perdamaian yang bernaung di bawah bendera PBB.

Kemungkian besar itu semua, selain pertimbangan politik tentu saja, memengaruhi keputusan para Presiden Amerika Serikat saat menghadapi dinamika lapangan yang terjadi.

Dinamika yang khususnya berhubungan dengan banyaknya jatuh korban dalam peperangan di pihak sipil yang tidak berdosa dan juga para prajurit Amerika Serikat yang berperang jauh dari negaranya sendiri.

Salah satu tercermin dari pernyataan Joe Biden yang berkata “American Troops should not have to die in a war that Afghan troops were not willing to fight”.

Semua memang akan sangat berbeda ketika dimulai, di tengah perjalanan dan wujud perkembangan terakhir yang dihadapi. Jelas akan sangat dimaklumi bahwa pada situasi berbeda membutuhkan solusi yang berbeda pula.

Itulah yang pada akhirnya memang tidak bisa dihindari bila banyak orang sampai kepada sebuah kesimpulan yang sangat jenaka, yaitu Amerika Serikat dalam rentang waktu 20 tahun dengan 4 Presiden dan dukungan dana lebih dari 2 triliun dollar AS telah dengan sukses mengganti rezim Taliban dengan rezim Taliban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com