Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Larang Musik, Wanita Harus Ditemani Pendamping Pria jika Bepergian Jauh

Kompas.com - 27/08/2021, 18:46 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Kelompok Taliban mengumumkan musik dilarang, dan wanita harus didampingi oleh pria jika melakukan perjalanan jauh.

Juru bicara Zabihullah Mujahid menyatakan, pemerintahan mereka akan lebih liberal kepada perempuan dibanding saat masih berkuasa 1996-2001.

Meski begitu, Mujahid menerangkan perempuan untuk sementara harus berada di rumah, tindakan yang dianggap banyak kalangan tak berbeda dari kekuasaan mereka sebelumnya.

Baca juga: Taliban Kecam Bom Kabul Afghanistan, Berjanji Tindak Tegas Pelaku

Berbicara kepada New York Times, Mujahid menerangkan wanita diperbolehkan bekerja sepanjang mengenakan hijab.

Di periode kekuasaan mereka yang pertama, Taliban mengharuskan perempuan memakai burka yang menutup kepala dan wajah, menyisakan mata mereka.

Si juru bicara menyatakan, perempuan diizinkan sekolah, bekerja, maupun mendapatkan pengobatan di rumah sakit.

Hanya saja seperti dikutip Daily Mirror Kamis (26/8/2021), mereka harus didampingi pria jika bepergian jarak jauh.

Selain itu, Mujahid juga melarang adanya musik. "Musik itu dilarang dalam Islam. Tapi kami berharap bisa membujuk daripada menekan mereka," kata dia.

Di saat bersamaan, Mujahid menegaskan mereka tidak akan melakukan balas dendam terhadap siapa pun yang menentang mereka.

Baca juga: Beredar Video Helikopter Black Hawk AS Diluncurkan Taliban, Mantan Pasukan Militer: Memalukan

Dia juga meminta agar warga Afghanistan tidak panik, dan keluar bersama dengan proses evakuasi AS dan sekutunya.

"Mereka seharusnya tidak mencampuri negara kami, dan mengambil dokter, profesor, maupun sumber daya manusia kami yang lain," pintanya.

Dia mengeklaim di AS, sumber daya terbaik Afghanistan hanya akan menjadi tukang masak atau pencuci piring.

Sebelumnya dalam konferensi pers, Mujahid menyatakan wanita harus tetap tinggal di rumah hingga ada aturan terbaru.

"Kami khawatir pasukan kami, yang rata-rata anggota baru dan belum mendapat pelatihan, akan menyakiti mereka," kata dia.

Baca juga: Disebut Biden Sebagai Musuh Besar Taliban, Apa Itu ISIS-K?

Heather Barr dari Human Rights Watch berujar, penjelasan Mujahid tersebut menunjukkan situasi keamanan masih belum kondusif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com