Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Greenland untuk Pertama Kali Turun Hujan dengan Curah Ekstrem

Kompas.com - 21/08/2021, 07:01 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

NUUK, KOMPAS.com - Untuk pertama turun hujan, bukan salju, di puncak Greenland, kira-kira 3.218 m di atas permukaan laut.

Suhu di puncak Greenland akhir pekan ini naik di atas titik beku untuk ketiga kalinya dalam waktu kurang dari satu dekade.

Udara hangat memicu peristiwa hujan ekstrem yang membuang 7 miliar ton air ke lapisan es, cukup untuk mengisi Lincoln Memorial Reflecting Pool di National Mall di Washington DC, hampir 250.000 kali.

Baca juga: Hujan Muson Picu Tanah Longsor dan Banjir, 112 Orang Tewas di India

Menurut National Snow and Ice Data Center, itu adalah curah hujan tertinggi di lapisan es sejak pencatatan dimulai pada 1950.

Disebutkan juga bahwa jumlah massa es yang hilang pada Minggu (15/8/2021), 7 kali lebih tinggi dari pada rata-rata harian untuk sepanjang tahun ini.

Ted Scambos, seorang ilmuwan peneliti senior di National Snow and Ice Data Center di University of Colorado, mengatakan ini adalah bukti Greenland memanas dengan cepat, seperti yang dilansir dari CNN pada Jumat (19//8/2021).

"Apa yang terjadi bukan hanya satu atau dua dekade yang hangat (Greenland) dalam pola iklim yang berubah-ubah," kata Scambos kepada CNN.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya," imbuhnya soal hujan ekstrem di puncak Greenland.

Baca juga: Banjir China: Curah Hujan Setahun Mengguyur dalam 3 Jam, 33 Orang Tewas

Stasiun Puncak National Science Foundation (NSF) terletak di titik tertinggi di lapisan es Greenland, di mana para ilmuwan dapat mengamati cuaca Arktik dan perubahan es.

Stasiun ini telah dikelola sepanjang tahun untuk mengamati perubahan ekstrem sejak 1989. Sebagian besar hujan ekstrem pada akhir pekan turun dari pantai tenggara Greenland hingga ke Stasiun Summit.

Jennifer Mercer, program officer untuk Office of Polar Programs di NSF, mengatakan karena peristiwa hujan ekstrem, operasi di Stasiun Summit perlu diubah.

"Ini berarti bahwa kita perlu mempertimbangkan peristiwa cuaca yang belum pernah kita alami hadapi sebelumnya dalam sejarah operasi kami di sana," katanya kepada CNN.

"Meningkatnya peristiwa cuaca termasuk pencairan, angin kencang, dan sekarang hujan, selama 10 tahun terakhir telah terjadi di luar jangkauan yang dianggap normal," kata Mercer.

"Dan ini tampaknya terjadi lebih dan lebih," imbuhnya.

Baca juga: Diguyur Hujan Terlebat dalam 1.000 Tahun Terakhir, China Tengah Banjir Bandang

Saat perubahan iklim yang disebabkan manusia menghangatkan planet ini, hilangnya es meningkat dengan cepat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com