Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Tinggalkan Masyarakat Afghanistan Sendirian", Permohonan Warga dari Kamp Migran

Kompas.com - 18/08/2021, 20:16 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

LESBOS, KOMPAS.com - Pencari suaka Afghanistan mengutarakan kekhawatiran tentang teman dan keluarga di rumah setelah langkah cepat Taliban untuk menguasai Afghanistan.

"Ini bencana," kata Elena yang tinggal di sebuah kamp migran Afghanistan di pulau Lesbos Yunani.

"Apa yang akan terjadi sekarang di Afghanistan untuk generasi muda? Untuk anak-anak? Untuk hak-hak perempuan? Semuanya dihancurkan oleh Taliban," kata wanita berusia 21 tahun, yang menolak menyebutkan nama belakangnya, kepada Reuters pada Selasa (17/8/2021).

Baca juga: Kekhawatiran Rusia hingga China Setelah Kembalinya Taliban di Afghanistan

Elena adalah salah satu dari sekitar 500 pencari suaka Afghanistan dan aktivis lokal yang ambil bagian dalam protes Senin malam (16/8/2021), mengangkat bendera besar Afghanistan dan duduk di dekat spanduk bertuliskan: "Kami mengatakan tidak kepada Taliban."

Taliban membutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk menguasai Afghanistan setelah serangan kilat yang berakhir di Kabul. Sementara pasukan pemerintah, yang dilatih selama bertahun-tahun dan dilengkapi oleh Amerika Serikat dan lainnya, menghilang.

Para militan berusaha menampilkan wajah yang lebih moderat, berjanji untuk menghormati hak perempuan dan melindungi orang.

Tapi banyak orang Afghanistan takut Taliban akan kembali ke praktik keras dari pemerintahan 1996-2001 mereka. Pada masa itu, perempuan tidak diizinkan untuk bekerja dan hukuman seperti rajam di depan umum diberlakukan.

Pengalaman mengerikan masa tiga tahun pemerintahan kelompok ekstremis itulah yang menjadi alasan kenapa warga Afghanistan takut dengan Taliban.

Di Lesbos, di mana ada sekitar 2.500 warga Afghanistan, para pengunjuk rasa berbagi ketakutan itu. Jumlah pengungsi Afghanistan itu setidaknya mencapai setengah dari jumlah total migran di pulau itu, menurut kementerian dalam negeri Yunani.

"Semua orang Afghanistan menangis. Saya berharap dari dunia, tolong dukung Afghanistan, jangan biarkan orang Afghanistan sendirian," kata Elena, yang membantu mengorganisir aksi protes.

Baca juga: Kondisi Afghanistan Sekarang Akan Menguji Perdamaian di Asia Selatan

Yunani, dan Lesbos khususnya, telah menjadi di garis depan kedatangan migran ke Uni Eropa (UE) selama bertahun-tahun.

Pihak berwenang, yang mengkhawatirkan kedatangan gelombang baru migran dengan jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban, mendorong UE mengorganisir rencana tanggapan.

Tetapi bagi Elena, masalah yang paling mendesak adalah nasib mereka yang tetap tinggal di Afghanistan.

"Perempuan Afghanistan tidak bisa mendapat pendidikan. Perempuan tidak bisa keluar rumah, mereka harus tinggal di rumah karena mereka tidak merasa aman. Saya punya teman di Afghanistan, mereka panik, mereka tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan," ujarnya.

Baca juga: Rusia Enggan Terburu-buru Akui Taliban sebagai Penguasa Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com