Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis Kasta Terendah India Diperkosa, Dibunuh, dan Dikremasi Paksa, Publik Berang

Kompas.com - 06/08/2021, 16:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

NEW DELHI, KOMPAS.com - Rangkaian demonstrasi massal telah berlangsung selama empat hari guna memprotes kasus dugaan pemerkosaan, pembunuhan, dan kremasi paksa terhadap seorang bocah berusia sembilan tahun di ibu kota India, Delhi.

Orangtua sang anak menuduh seorang pemuka agama Hindu dan tiga orang lainnya menyerang anak tersebut ketika dia sedang mengambil air minum dari dispenser di sebuah krematorium.

Ibu sang anak mengatakan gerbang krematorium ditutup dan dirinya diancam ketika menolak kremasi putrinya.

Baca juga: Tolak Ajakan Menikah, Seorang Perempuan di Sumsel Diperkosa lalu Dibunuh

Peringatan: Artikel ini mungkin mengganggu kenyamanan Anda

Menteri Kepala ibu kota Delhi, Arvind Kejriwal mengumumkan akan melakukan penyelidikan atas anak perempuan itu. Kejriwal bertemu dengan keluarga anak itu Rabu (4/8/2021).

Sementara pemimpin oposisi nasional India, Rahul Gandhi juga bertemu dengan sanak keluarga anak tersebut dan berjanji akan memperjuangkan keadilan.

Kepolisian India menyatakan kasus ini sebagai kasus pemerkosaan massal serta pembunuhan. Para pria yang diduga terlibat kemudian ditangkap.

Orangtua bocah yang meninggal dunia tersebut adalah bagian kaum Dalit—kasta paling rendah, kelompok masyarakat yang sejak lama diasingkan dan disudutkan di India.

Mereka mencari nafkah dengan mengemis di luar bangunan ibadah umat Muslim Sufi yang letaknya berseberangan dengan krematorium di kawasan Nangal, Kota Delhi. Bocah yang meninggal itu adalah anak tunggal pasutri tersebut.

Baca juga: Pasien Covid-19 Diperkosa Perawat, Meninggal Beberapa Jam Kemudian

Ibu sang anak mengatakan kepada saya bahwa dirinya menyuruh bocah itu mengambil air dari krematorium pada Minggu (1/8/2021) malam.

"Ketika dia tidak kembali lebih dari satu jam, saya mencarinya. Di krematorium, saya menemukan dia terbaring di tanah. Bibirnya biru, ada darah di bawah hidungnya, tangan dan lengannya memar, serta bajunya basah."

Ibu sang anak mengeklaim pemuka agama dan tiga pria di sana menganjurkan agar tidak menghubungi polisi karena "mereka [polisi] akan berkeras melakukan autopsi dan mencuri organ tubuhnya dan menjualnya".

Dia juga menuduh bahwa keempat pria itu menutup pintu gerbang krematorium agar dia tidak pergi sembari mengancam dan bahkan mencoba menyogok.

Pada saat itu, ayah sang anak mengaku tiba di krematorium bersama 150 penduduk. Sebagian besar tubuh putrinya sudah terbakar.

Sejumlah penduduk mengaku menghubungi polisi serta berupaya memadamkan api kremasi dengan air, namun hanya mampu menyelamatkan kaki sang bocah. Artinya, pemeriksaan post mortem untuk memastikan terjadinya pemerkosaan, tidak bisa dilakukan.

Baca juga: Diduga Diperkosa Kakeknya, Bocah 11 Tahun Meninggal karena Komplikasi Kehamilan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com