Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumbangan Vaksin Covid-19 Negara Kaya "Jauh dari Target"

Kompas.com - 29/07/2021, 19:28 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

JENEWA, KOMPAS.com - Panel para pakar independen yang memantau respons dunia terhadap pandemi Covid-19 mengatakan bahwa para negara kaya belum cukup mentransfer vaksin Covid-19 ke negara berkembang, yang membutuhkan bantuan ketika varian Delta menyebar menjadi gelombang baru di seluruh dunia.

Pada Mei, Independent Panel for Pandemic Preparedness and Response (IPPPR) telah menyerukan untuk realokasi 1 juta dosis vaksin Covid-19 dari negara kaya ke negara miskin dan negara berkembang pada September.

Baca juga: Bisakah Dosis Vaksin yang Lebih Rendah Jadi Solusi Akhiri Covid-19?

“Dunia masih jauh dari memenuhi target itu,” kata Helen Clark, ketua bersama IPPPR mengatakan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sebuah konferensi pada Rabu (28/7/2021).

“Beberapa komitmen telah dibuat, tetapi masih banyak yang harus dilakukan, dan itu dapat dilakukan dengan segera,” lanjut Clark, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Kamis (29/7/2021). 

Sejak IPPPR merilis laporannya pada Mei, pandemi Covid-19 telah memburuk dan varian Delta mendorong lonjakan kasus di seluruh Asia Pasifik serta bagian lain dunia, di mana hanya sebagian kecil populasi yang telah divaksinasi.

Beberapa negara sistem kesehatannya sudah terdorong ke ambang kehancuran dengan tingkat kematian karena Covid-19 meningkat.

Baca juga: Agensi Misterius Tawari Sejumlah Influencer Asing untuk Sebarkan Disinformasi Soal Vaksin Covid-19

Ellen Johnson Sirleaf, ketua bersama lainnya, mengatakan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk merombak cara vaksin dan perawatan dikembangkan.

Pada Mei itu juga, panel telah mengkaji bahwa sistem saat ini "tidak sesuai tujuan".

“Ketidaksetaraan vaksin adalah faktor kunci dalam terjadinya gelombang kematian (Covid-19) yang kita lihat di seluruh Afrika, Asia, dan Amerika Latin,” kata Clark.

Ia menekankan bahwa panel mendukung mengesampingkan sementara paten vaksin Covid-19 di bawah Organisasi Perdagangan Dunia atau perjanjian TRIPS WTO, untuk memastikan lebih banyak vaksin dapat dibuat dengan cepat. AS mendukung langkah itu.

Baca juga: Rusia Izinkan Uji Klinis Lanjutan Campuran Vaksin AstraZeneca-Sputnik V

“Sungguh mencengangkan dan merugikan diri sendiri bahwa produsen farmasi terus tidak berbagi teknologi atau pengetahuan yang dapat membantu skala manufaktur dengan cepat," ungkapnya.

"Kami percaya ada kebutuhan untuk beralih dari model berbasis pasar ke model berbasis barang publik global,” imbuhnya.

Laporan "pedas" IPPPR pada Mei tentang tanggapan dunia terhadap pandemi Covid-19 mengungkapkan bahwa keragu-raguan dan koordinasi yang buruk, itu artinya peringatan telah diabaikan dan para politisi gagal untuk belajar dari pengalaman masa lalu.

Baca juga: Makin Canggih, Ilmuwan Racik Vaksin Covid-19 Berbentuk Pil dan Inhaler

Sirleaf, yang memimpin Liberia selama krisis Ebola pada 2014-2016, mengatakan dalam konverensi bahwa Majelis Umum PBB memiliki “peran yang menentukan” untuk dimainkan dalam mendukung reformasi kelembagaan yang diperlukan, untuk memastikan dunia merespons krisis kesehatan global secara lebih efektif.

“Kita membutuhkan sistem internasional yang lebih kuat untuk kesiapsiagaan dan respons pandemi yang memahami ancaman, waspada, dan siap untuk mengambil tindakan kolektif," ujarnya.

"Pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh satu negara saja yang bekerja sendiri. Itu bahkan tidak bisa dilakukan oleh sekelompok negara, tidak peduli seberapa mau,” terangnya.

IPPPR telah merekomendasikan peningkatan otoritas dan independensi untuk Badan Kesehatan Dunia (WHO), termasuk penyediaan “pendanaan yang memadai, dapat diprediksi, fleksibel dan berkelanjutan”.

Baca juga: Terjadi Lagi Suntikan Vaksin Kosong di Malaysia, Peserta Jadi Disuntik 2 Kali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com