Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Tahun Setelah Perang di Raqqa, Anak-anak Tinggal di Tengah Kehancuran Kota

Kompas.com - 28/07/2021, 17:29 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

DAMASKUS, KOMPAS.com - Empat tahun setelah perang di kota Raqqa, Suriah utara, anak-anak dan keluarga yang masih tinggal di rumah-rumah mereka yang hancur dengan fasilitas serba terbatas, air bersih, listrik, serta pendidikan.

Raqqa pernah menjadi ibu kota wilayah kekuasaan kelompok ISIS di Suriah, yang pada 2017 menjadi sasaran serangan udara dan darat oleh koalisi yang dipimpin AS untuk melawan ISIS dan merebut kendali kota.

Baca juga: Remaja Suriah Menang Lawan Politisi Inggris di Pengadilan dalam Kasus Pencemaran Nama Baik

Pada puncak kampanye pengeboman, Raqqa menghadapi 150 serangan udara sehari, menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur dan bangunan, hingga saat ini masih terlihat reruntuhannya, menurut laporan yang diterbitkan pada Selasa (27/7/2021).

"Anak-anak dan keluarga mereka di Raqqa hidup setiap hari di kota yang hancur, dengan pilihan terbatas, di tengah kekeringan, pandemi, dan krisis ekonomi di seluruh Suriah,” ujar Sonia Khush, Direktur Respons Suriah untuk Save the Children.

Laporan Save the Children yang dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (27/7/2021), memperkirakan setidaknya 36 persen bangunan kota tersisa hancur.

Baca juga: 2 Kali dalam Sepekan, Suriah Berhasil Cegat Serangan Israel

Kekeringan di Suriah utara telah menyebabkan krisis kesehatan masyarakat seiring dengan laporan yang meningkat tentang penyakit yang ditularkan melalui air (waterborne) dan tantangan dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Ketika ribuan orang kembali ke kota, tiga perempat penduduk Raqqa bergantung pada bantuan untuk dapat membeli makanan serta barang dan jasa dasar lainnya.

Aida, seorang janda dan ibu 4 anak tinggal di Raqqa bersama dengan anak-anaknya di rumah yang rusak parah, yang tidak dialiri air dan listrik.

Baca juga: Serang Israel di Suriah Tewaskan 5 Militan Pro-Iran

Wanita berusia 27 tahun itu melarikan diri ke Aleppo pada 9 tahun lalu. Sekarang, setelah kembali ke Raqqa, ia takut membiarkan anak-anaknya bermain di luar.

"Saya takut ketika anak-anakku pergi keluar karena mereka mungkin dapat terluka, jadi saya tidak membiarkan mereka keluar," ujar Aida kepada Save the Children.

"Ada bangunan yang hancur di sini dan saya khawatir akan ada sesuatu (seperti ranjau darat) di bawahnya. Anda tidak pernah tahu. Saya berusaha menjauhkan mereka dari (ancaman) itu," terangnya.

Baca juga: Belgia Pulangkan 6 Ibu dan 10 Anak Terduga Anggota ISIS dari Suriah

Menurut Save the Children, akibat konflik membuat sektor pendidikan di Raqqa hancur, 80 persen sekolah rusak.

Kush menyerukan "respons kemanusiaan yang substantif" dari masyarakat internasional, terutama dari anggota koalisi anti-ISIS.

"Mereka menanggung tanggung jawab untuk selanjutnya mengatasi konsekuensi aksi militer mereka," seru Kush.

"Ini sangat penting bahwa mereka dan semua donatur kemanusiaan melangkah untuk memastikan bahwa layanan dasar dipulihkan dan memberikan kesempatan hidup, untuk memberi anak-anak kesempatan masa depan yang lebih cerah, setelah semua yang mereka alami selama konflik Suriah,” ungkapnya.

Baca juga: Pemerintah Suriah Naikkan Harga Bahan Bakar 3 Kali Lipat di Tengah Krisis Ekonomi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com